PENGERTIAN KOMUNIKASI DAN UNSUR-UNSUR YANG TERLIBAT DI DALAMNYA

PENGERTIAN KOMUNIKASI dan unsur yang terlibat di dalamnya
pengertian komunikasi

Sering kita mendengar orang berkata ”sebaiknya hal itu dikomunikasikan terlebih dahulu”, ”itu diakibatkan karena adanya miss communication” dan sebagainya. Lalu, apa arti sesungguhnya dari komunikasi itu sendiri?. Banyak para ahli mendefinisikan komunikasi, namun secara garis besar yang dimaksud dengan Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain.

Dalam proses penyampaian pesan tersebut, terdapat beberapa unsur di dalamnya, yaitu sumber/komunikator/pengirim pesan, pesan yang dipertukarkan, saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan, penerima pesan/komunikan, dampak/efek yang diakibatkan karena adanya pertukaran pesan, umpan balik/respon yang diberikan terhadap pesan yang diterima, serta gangguan/ noise yang mungkin muncul ketika proses komunikasi berlangsung.

Bila unsur-unsur tersebut menyatu dalam suatu kegiatan komunikasi, maka terbentuklah suatu proses komunikasi yaitu serangkaian tindakan yang terjadi secara berurutan dalam kurun waktu tertentu dan memiliki keterkaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya. Namun demikian, tidak setiap proses komunikasi melibatkan semua unsur komunikasi. Tergantung pada konteks terjadinya komunikasi.

Opini  :


  • Komunikasi adalah Upaya untuk membuat pendapat/ide,
  • menyatakan perasaan, agar diketahui atau dipahami oleh orang lain
  • dan Kemampuan untuk menyampaikan informasi/pesan dari Komunikator
  • ke Komunikan melalui saluran/media dengan harapan mendapatkan
  • umpan balik.Unsur-unsur yang ada dalam Komunikasi adalah
  • Komunikator, Pesan, Channel/Media, Komunikan dan Respon/Feedback.

Model Komunikasi Menurut Beberapa Para Ahli

model komunikasi

"Model" menurut Littlejohn adalah representasi simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan/ide. Model sering digunakan untuk menggambarkan berbagai fenomena yang terjadi dalam berbagai peristiwa dalam kehidupan manusia. Tidak terkecuali peristiwa komunikasi.

MODEL adalah Representasi suatu fenomena baik nyata ataupun abstrak dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting dalam fenomenan tersebut. Dalam peristiwa komunikasi model digunakan untuk melihat faktor-faktor atau unsur-unsur yang terlibat dalam peristiwa komunikasi, struktur yang terjadi dalam peristiwa komunikasi dan peran yang dimainkan oleh masing-masing unsur.

Fungsi Model :
  • Melukiskan Proses Komunikasi
  • Menunjukan Hubungan Visual
  • Membantu menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi

Di dalam ilmu komunikasi sendiri ada tiga urutan kelompok model, yaitu: 

1). dasar komunikasi, yang menggambarkan proses terjadinya peristiwa komunikasi,yaitu menggambarkan tentang unsur-unsur apa saja yang terlibat dalam peristiwa komunikasi dan bagaimana masing-masing unsur saling terkait membentuk suatu proses komunikasi. Adapun yang termasuk model dasar komunikasi adalah model komunikasi intra pribadi dan antar pribadi dari Barnlund; model komunikasi linear dari Lasswell: model komunikasi sirkuler dari Osgood dan Schramm; model komunikasi Gerbner; Model komunikasi Riley and Riley; model komunikasi Newcomb; model komunikasi Shanon dan Weaver; model komunikasi DeFleur;

2). pengaruh komunikasi, yaitu model yang menggambarkan bagaimana upaya komunikator dalam mempengaruhi khalayak agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak. Yang menjadi titik perhatian dari model ini adalah pihak komunikator atau sumber penyampai pesan. Adapun termasuk dalam model pengaruh komunikasi antara lain: model stimulus respon dari Dew Flerur; model pengaruh psikkologis TV dari Comstock; model komunikasi dua tahap dari Katz dan Lazarsfeld; model spiral kehening dari Noelle-Neumann;

3). dampak komunikasi, dengan fokus utama pada dampak dari suatu peristiwa komunikasi. Model ini menggambarkan bagaimana akibat atau dampak yang terjadi pada diri khalayak setelah khalayak diterpa suatu pesan komunikasi. Dampak yang ditimbulkan bisa hanya sekedar terbentuknya pengetahuan (kognitif) khalayak, bisa sikap (afektif) khalayak, atau bahkan sampai terjadi perubahan perilaku ( konatif) pada diri khalayak.

MODEL - MODEL KOMUNIKASI :

Model HAROLD LASSWELL
Mengemukakan tentang bentuk komunikasi yang mengandung unsur-unsur :
Who (Siapa), Say What (Mengatakan Apa), In Which Channel (Menggunakan saluran apa), To Whom (Untuk siapa), With What Effect (Dengan efek apa)
ini dikenal model matematika komunikasi untuk menjawab pertanyaan "apa yang terjadi pada informasi sejak saat dikirimkan hingga diterima?"
Mengasumsikan bahwa dalam proses komunikasi, pesan yang dikirimkan = pesan yang diterima.

Model komunikasi Shannon-Weaver
digambarkan sebagai sebuah proses linier, searah, menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model ini terdiri dari lima fungsi yang ditampilkan dan terdapat sebuah faktor disfungsi yaitu gangguan (noise).

Model Berlo
berdiri dari empat elemen, yaitu sumber (source/S), pesan (message/M), saluran (channel/C) dan penerima (receiver/R). Dari keempat komponen inilah model Berlo juga sering disebut sebagai model SMCR.
Keunikan Berlo adalah dalam mendefinisikan saluran komunikasi dengan kelima panca indera manusia sebagai saluran komunikasi.
Kemudian, ia juga memperluas elemen sumber dan penerima. Berlo meletakkan komponen-komponen seperti ketrampilan komunikasi (communication skills), sikap (attitude), knowledge (pengetahuan), sistem sosial (social system) dan budaya (culture).

Model Schramm
menekankan pada perilaku para pelaku utama dalam proses komunikasi.
Pada model Schramm, tidak membedakan antara fungsi pada komunikator dan receiver. Menggambarkan bagian-bagian itu sebagai sesuatu yang sama, menganggap keduanya memiliki fungsi-fungsi yang sama, yaitu fungsi encoding, decoding dan interpreting. Fungsi encoding sama dengan fungsi transmisi, sedangkan fungsi decoding sama dengan fungsi receiving.
Pendekatan dengan model sirkuler ini berbeda dengan model komunikasi linier yang tradisional, yang secara jelas memisahkan peran pengirim dan penerima. Sebaliknya, pada model ini pengirim dan penerima dapat bergantian memainkan peran.

Model Konvergen,
pengertian bersama disebut sebagai hasil akhir dalam proses komunikasi. Wujud lingkaran juga mengandung pengertian bahwa betapapun banyaknya informasi yang saling digunakan bersama oleh para peserta (dalam bentuk mengutarakan pendapat masing-masing), namun mereka hanya dapat sampai saling berhampiran saja. Mereka tidak akan pernah sepenuhnya memahami makna pihak lainnya. Bila ingin memahami pihak lain secara sempurna, diperlukan pengalaman hidup yang mutlak sama. Dan hal ini tentu saja mustahil.

Esensi komunikasi dalam model
  • Model-model komunikasi memiliki perkembangan yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan ilmu dan penelitian komunikasi.
  • Menggambarkan proses komunikasi secara beragam baik yang bersifat linier, sirkuler ataupun interaksional dan konvergen.
  • Keberagaman model dan proses komunikasi di dalamnya memperlihatkan sifat prosesual dan dinamisnya proses komunikasi.

Pengertian Informasi Secara Menyeluruh

Informasi merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Setiap hari kita selalu bertukar informasi dengan keluarga kita, teman kita, maupuhn relasi kerja kita.
informasi



Informasi merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Setiap hari kita selalu bertukar informasi dengan keluarga kita, teman kita, maupuhn relasi kerja kita. Pada saat tertentu kita berperan sebagai sumber informasi, tetapi pada saat lain kita bisa berperan sebagi penerima informasi. Lalu, apakah yang dimaksud dengan informasi tersebut?. Ada tiga kelompok pandangan yang memberi definisi pada informasi, yaitu:

1. pandangan yang mendefinisikan informasi sebagai fakta atau data.

Pandangan ini menganggap informasi sebagai material yang bisa dipindahkan. Sebagai contoh: di pintu ruang praktek seorang dokter tertulis informasi bahwa dokter praktek setiap hari X pada jam Y, sehingga dengan adanya informasi tersebut para pasien menjadi tahu bahwa dokter tersebut hanya praktek pada hari dan jam sebagaimana tertulis di papan informasi. Dari contoh di atas terlihat bahwa kalimat “dokter praktek setiap hari X pada jam Y ” menjadi informasi yang sifatnya material. Penekanan dari contoh di atas lebih ke pada proses pendistribusian informasi.

2. pandangan yang mendefinisikan informasi sebagai makna data

pandangan ini mendefinisikan informasi sebagai arti atau maksud dari sesuatu data. Dalam hal ini, masing-masing orang bisa memiliki penafsiran yang berbeda tentang arti atau maksud suatu data. Penafsiran terhadap suatu data dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang terhadap data, latar belakang disiplin ilmu dan latar belakang budaya. Sebagi contoh: Asep mengajak Ujang dan Joko untuk makan di rumahnya, Ujang menjawab atos makan. Karena Asep dan Ujang orang Sunda maka Asep tahu makan dari atos adalah sudah makan. Namun sebaliknya Joko yang orang Jawa memaknai istilah atos sebagai gambaran sesuatu yang keras, maka Joko cukup kaget mendengar ucapan Ujang. Dari contoh di atas tampak bahwa “atos” menjadi informasi yang yang lebih menekankan pada makna dari informasi tersebut. dalam hal ini, “atos” dimaknai berbeda oleh individu-individu yang terlibat dalam percakapan.

3. pandangan yang mendefinisikan informasi sebagai sesuatu yang digunakan untuk mengurangi ketidak pastian, untuk itu perlu diberi alternatif pilihan informasi. 

Sebagai contoh: Issu adanya lemak babi pada salah satu produk makanan favorit Amir membuat Amir cukup gelisah karena selama ini dia selalu mengkonsumsi makanan tersebut. Namun, setelah pihak perusahaan makanan yang bersangkutan, pihak MUI dan pihak-pihak yang berkompeten dengan kasus tersebut memberikan informasi bahwa produk makanan tersebut bebas dari lemak babi maka Amir menjadi lega. Ilustrasi di atas menggambarkan peran informasi sebagai sesuatu yang bermanfaat untuk mengatasi ketidak pastian. Kebingungan Amir teratasi dengan adanya informasi dari berbagai sumber.

Tugas :

1). Suatu Informasi sebagai fakta atau data
Suatu Informasi sebagai fakta atau data dapat diperoleh selama tindakan komunikasi berlangsung yang dapat dikirimkan/diterima melalui berbagai saluran dan informasi dapat di konseptualisasikan sebagai kuantitas fisik yang dapat dipindahkan dari satu titik ke titik lain.
Contoh : Salah satu Restoran/tempat makan yaitu Hoka-Hoka Bento yang mengadakan promo HOKA DONBURI FESTIVAL mulai 1 Maret 2010 yang menyajikan menu makanan donburi yang berbeda-beda setiap harinya. Beda hari, beda menu donburi .... Ada Aja Alasan Ke Hoka Hoka Bento !
Senin : Tori Katsu Don ( Rp. 16.819'-* )
Selasa : Gyu Soboro Don ( Rp. 16.819'-* )
Rabu : Suteku Don ( Rp. 16.819'-* )
Kamis : Tori Soboro Don ( Rp. 16.819'-* )
Jum'at : Gyu Don ( Rp.20.455,-* )
Sabtu & Minggu : Tempura Don / Gyu Don ( @Rp.20.455,-*)

2). Suatu informasi sebagai makna data
Penggunaan Informasi untuk menunjukkan makna data, Setiap orang dapat berbeda dalam menafsirkan sesuatu. Banyak hal yang mempengaruhi diantaranya tingkat pengetahuan, latar belakang disiplin ilmu seseorang, nilai budaya.
Contoh :
Seseorang yang mempunyai banyak pengetahuan terhadap sesuatu objek, semakin besar kemungkinannya memperoleh informasi dari objek (data) tersebut, Misalnya Seseorang yang tidak mengerti statistik , tabel-tabel angka dalam sebuah buku mungkin hanya dianggap sebagai penghias halaman dan memusingkan. Tetapi bagi ahli statistik, table itu mengandung banyak sekali informasi bahkan termasuk informasi yang belum ditulis dalam bentuk kalimat dalam buku tersebut.
Contoh lainnya berkaitan dengan nilai budaya:
Kata “Dahar” dalam bahasa sunda mengandung arti Makan dan merupakan Kata yang sangat kasar untuk digunakan, sedangkan dalam bahasa jawa kata Dahar mengandung arti Makan, dan merupakan kata yang sangat halus untuk digunakan.

3). Suatu Informasi sebagai sesuatu yang digunakan untuk mengurangi ketidakpastian
Suatu Informasi sebagai sesuatu yang digunakan untuk mengurangi ketidakpastian yang dapat diukur dengan cara mereduksikan sejumlah alternative pilihan yang tersedia.
Contoh :
Wulan adalah seorang gadis yang sangat terbiasa menggunakan Make up dan menggunakan salah satu produk kosmetik yang sangat dia percaya Namun, Beberapa hari kemudian terdengar Issu adanya beberapa Kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dan zat warna yang dilarang digunakan dalam kosmetik. Saat itu timbul rasa gelisah, bingung namun Setelah, adanya pengumuman bahwa ada daftar kosmetik yang ditarik dari peredaran oleh BPOM dan salah satunya adalah Produk kosmetik yang biasa digunakan olehnya, barulah Wulan percaya bahwa memang produk yang dia pakai sangat berbahaya.Penggunaan bahan tersebut dalam sediaan kosmetik dapat membahayakan kesehatan dan dilarang digunakan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MENKES/PER/V/1998 tentang Bahan, Zat Warna, Substratum, Zat Pengawet dan Tabir Surya dalam Kosmetik dan Keputusan Kepala BPOM No.HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik.

MEDIA KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEBUDAYAAN

MEDIA KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEBUDAYAAN

MEDIA KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP BUDAYAAN

1. Pengantar

            Herbert Marshal McLuhan, pengamat masalah asal muasal perubahan kebudayaan ini menuangkan pemikirannya ke dalam berbagai tulisan dan juga dalam bentuk ceramah, seminar, debat, wawancara, dan sebagainya. Tulisan-tulisannya ada yang berbentuk buku, atau tulisan di media massa, jurnal dan sejenisnya (Eymeren, 2014).

2 Perencanaan Diskusi

            Diskusi atas McLuhan ditunjukan kepada pemikiran utamanya. Yang pertama adalah tentang dimana posisi pemikiran McLuhan dalam peta ilmu humaniora? Apakah ia masuk kedalam strukturalisme, mengingat adanya pola binarisme dalam karya Mcluhan seperti misalnya, “media panas” dan “media dingin”, atau ia melampaui strukturalisme?

            Bagian kedua akan mendiskusikan metodologi McLuhan dengan bantuan penelitian Paul Grosswiler. Tentang konsep-konsep McLuhan tentang ruang virtual dan akustik, tentang media adalah pesan, dan tentang kampung global berevolusi.

            Bagian ketiga akan mendiskusikan tesis McLuhan bahwa struktur media atau bentuk teknologi berpengaruh terhadap perubahan kebudayaan.

            Bagian keempat ini diperlihatkan kembali pemikiran McLuhan dalam perspektif Ong tentang bagaimana sebuah konsep (thought) beraliensi menjadi representasi (word) dan representasinya berevolusi dalam dialektika Hegelian menjadi aksara (chirografis), lalu teknologi aksara yang unggul (abjad foenetis latin) berevolusi menjadi tipografis dalam bentuk media cetak untuk selanjutnya ke media elektronik.

3 Diskusi dan Tanggapan

a. Pemikiran McLuhan dalam Peta Ilmu Humaniora
            Gary Genosko adalah seorang peneliti McLuhan yang mempertanyakan dimana tempat McLuhan sebagai pemikir francophone dalam khasanah filsuf Perancis? Apakah ada pengaruhu pemikiran Mcluhan di Perancis? Genosko mencari jawaban untuk penelitiannya di Arsip Nasional Ottawa, Kanada, selain dari divisi McLuhan Program in Culture and Technology di Universitas Toronto, lewat media internet, dan juga lewat korespondensi dengan lingkaran Baudrillard di Midlans serta dengan rekan-rekannya dari dunia media di Perancis.

            Prediksi McLuhan bahwa akan muncul semacam quasi-global akibat perkembangan teknologi komunikasi dan sistem informasi elektronik ternyata terbukti. Quasi-global muncul karena kecerdikan sekaligus kelicikan kaum kapitalis yang memiliki kejelian untuk memanfaatkan teknologi elektronik tersebut untuk kepentingannya berekspansi secara global. Dengan kata lain quasi-global adalah infrastruktur baru akibat pemaknaan media elektronik oleh kaum kapitalis atau post-industrial cyber scape.

b. Posisi Pemikiran McLuhan di Kalangan Filsuf Perancis

            Debat panjang terjadi di kalangan filsuf Perancis sejak 1960-an sampai 1980-an mengenai posisi pemikiran McLuhan. Mereka umumnya mencari kemiripannnya dengan Barthes atau Claude Levi_strauss, bahkan Jacques Ellul, dan beberapa lainnya. Namun sejauh itu, tak dapat ditemukan ciri-ciri strukturalis atau fenomenologis pada McLuhan.

c. Pengaruh Pemikiran McLuhan di Perancis

            Hasil penelitian Genosko dapat memperlihatkan pengaruh pemikiran McLuhan di Perancis setidaknya pada masyarakat luas, yang non-akademis dan pada dunia akademis. Dunia non-akademis diwakili oleh masyarakat media dan dunia akademis diwakili oleh Jean Baudrillard.

1)      Pengaruh pada masyarakat, khususnya masyarakat media

Penguasa mulai melirik peran media massa untuk kepentingan politik mereka. Dukungan pemerintahan tampak dari kucuran dana demi riset dan pengembangan media massa, khususnya televisi. Perkembangan teknologi televisi, termasuk kesempurnaan resolusi warna, tak urung mengundang lamanya jam tayang iklan, sampai-sampai tak terbendung. Namun setelah mendapat tentangan keras dari masyarakat, yang ikut mendapat pencerahan Macluhanisme, terjadi deregulasi peran media massa.

2)      Pengaruh pada Baudrillard

Baudrillard (1929-2007) adalah seorang sosiolog dari Perancis yang mendalami filsafat yang diposisikan sebagai pemikir post-strukturalis. Pengaruh pemikiran McLuhan tampak dalam upayanya menunjukkan pentingnya peran media massa pada setiap tinjauan sosiologisnya. Pandangan tentang implosi makna dalam kondisi post-modern membuatnya terkenal.

Implosi kebudayaan menurut McLuhan adalah proses menarik kembali segala ruang dan waktu antara komponen-komponen makna yang dibentangkan media cetak (mekanik) dan ke suatu “keserentakan” segala kerja, segala informasi, segala `asosiasi` yang dihasilkan oleh kecepatan teknologi media elektronik. Dunia seakan menciut dalam era media elektronik.

Sedang bagi Baudrillard, implosi dipahami sebagai era digital yang menggantikan era mekanikal menghapus apa yang disebut struktur sosial. Ruang dan waktu perspektif sosial yang pernah dianggap ada dalam pandangan modern, sekarang meleleh. Dalam era digital tak ada jarak dan tak ada waktu untuk merefleksi. Dunia menciut dalam era digital, tanpa adanya struktur sosial yang nyata.
Perbedaan tentang makna implosi tersebut adalah sebagian dari beberapa perbedaan lainnya, namun lewat itu Genosko dapat menunjukan landasan teori Baudrillard lewat slogan McLuhan “media adalah pesan”. Oleh Baudrillard, slogan `media adalah pesan` di-`break-down` ke dalam teorinya mengenai implosi struktural. Bagi baudrillard, teknologi media dilihat secara ontologis. Media adalah berbagai obyek teknologi (simulasi) yang membentuk hubungan manusia.

4 Dialektika Media Hibrida

            McLuhan membangun dialektika antara budaya tuturan dan budaya cetak seperti yang dapat dilihat lewat penelitian Grosswiler berikut ini.
            Paul Grosswiler, lewat bukunya berjudul Method is the Message: Rethinking McLuhan Through Critical Theory (1998) memberi nama metode dialektika McLuhan sebagai “media hibrida” Berikut ini bagaimana konsep McLuhan mengenai ruang virtual dan akustik, media adalah pesan, dan kampung global berevolusi dalam metode dialektikanya.

a.      Ruang Visual dan Akustik pada Pandangan Awalnya

McLuhan menemukan bahwa secara signifikan panca indera tertentu lebih dominan sebagai indera penerima pesan atau pengetahuan yang dapat menggantikan persepsi (alter perception). Hal ini berarti persepsi lewat sebuah moda visual dan sebuah moda auditorias bukan persepsi yang utamanya logis, linear atau sekuensial.

b.      Media adalah Pesan

Bagi McLuhan, setiap medium menekankan fungsi penglihatan atau suara. Penekanan masing-masing fungsi inderawi yang digunakan oleh manusia individual membawa pengaruh yang dalam terhadap pandangan tentang dunia. Maka media adalah pesan.
Media elektronik memiliki efek terhadap kehidupan sosial secara positif. Karena potensi komunikasi tuturan diintensifkan oleh media elektronik. Potensi tersebut sekaligus juga membuat budaya cetak terpaksa putar arah (reverse) dan mengalami retribalisasi.

c.       Kampung Global

McLuhan beranggapan bahwa media cetak `merusak` keseimbangan penginderaan manusia, dan teknologi elektronik memperbaikinya lewat mengembalikan sifat organis dan estetis dalam pengetahuan manusia. Sifat-sifat estetis pernah ada pada masyarakat tribal. Dalam dunia elektronik budaya cetak yang pernah mendetribalisasi budaya tuturan mengalami retribalisasi, masyarakat seakan kembali ke kehidupan tribal dalam sebuah kampung global.

d.      Ruang Visual dan Akustik serta hasil dialetikanya

Dialektika `visual` dan `akustik` ruang penginderaan dalam peristilahan media, yang tidak lagi politik, menjadi yang utama dalam teori dialektikanya yang tercemin secara jelas dan lengkap dalam The Gutenberg Galaxy and Undeerstanding Media.
Dualisme antara karakter bentuk media visual dan akustik yang dikontraskan membawa ke budaya dengar-sentuh (audio-tactile). Pada sisi visual, ciri-cirinya tulisan, linear, peradaban individual, abjad foenetis, dan cetak. Pada sisi akustik, ditandai dengan tuturan, auditoris, taktilis, mosaik atau non-linear, partisipasi tribal, ideogramik, dan naskah tulisan. Pada diailektikanya, penemuan abjad mengubah pandangan dunia tuturan masyarakat tribal kepada bentuk linear, yang menciptakan spesialisasi yang belum terjadi pada pandangan dunia dengar-sentuh yang ada pada budaya beraksa abad pertengahan, memfargmentasi kehidupan penginderaan dengan bias visual akibat intensifikasi indera visual. Peneman listriik, mengawali munculnya media telegraf pada tahun 1844yang diintesifkan lebih lanjut oleh radio (1920-an), lalu televisi (1950-an).

5  Teknologi Menstrukturaksi Budaya dan Dimensi Interior Manusia?

a.      Determinasi teknologis?
Salah seorang yang mencap McLuhan sebagai penganut determinisme teknologis adalah Jonathan Miller. Menurut Miller, McLuhan seorang pesimis terhadap kemajuan teknologi, sama seperti penulis Inggris yang dikaguminya yaitu G.K.Chesterton.
Dengan itu Miller menunjukan bahwa ada semacam anti modernisme, utamanya anti kemajuan teknologi yang muncul dalam pemikiran McLuhan. Teknolologi aksara itu membuat manusia modern tak mampu menangkap simbolisme ikonik, terlebih lagi dalam budaya hasil teknologi cetak. McLuhan bukan anti teknologi atau pemikir determinisme teknologis melainkan ia sama seperti Chesterton dan Ellul yang hanya mau menunjukkan fenomena dalam dunia yang dialaminya, tentunya di abad elektronik ini.
Membaca tulisan McLuhan sebenarnya membuka cakrawala pandang bahwa ternyata manusiadapat menjadi kedua-duanya. Ada yang lumpuh dalam bingung dan memilih asyik bermain dengan gajet demi melupakan persoalannya, atau merefleksi ulang seluruh sejarah hidupnya bersama teknologi dan membangun kehidupan dalam perspektif baru mengenai dirinya dan teknologi serta alam.
b.      Teknologi aksara menstrukturasi?
McLuhan menuangkan visinya tentang strukturasi budaya oleh teknologi. Karena teknologi adalah hasil budaya manusia maka manusialah yang menentukan hasil budayanya. Bukan sebaliknya, pandangan bahwa strukturasi budaya oleh teknologi berangkat dari konstruksi McLuhan dalam membangun hubungan antara media dan sistem indera manusia. McLuhan mengatakan bahwa intensifikasi panca indera tertentu mempengaruhi proses kognitif manusia dalam mengetahui. Seperti yang terjadi pada manusia budaya aksara, budaya aksara menurut McLuhan adalah hasil teknologi aksara. Teknologi aksara lewat intensifikasi indera mata membangun ruang visual. Dalam ruang visual tersebut manusia memahami segala sesuatu dalam perspektif tunggal, menekankan jarak, individual, eksplisit, seragam, sekueential, dan seterusnya. Alam teknologi adalah alam kedua bagi manusia, dan persis seperti alam pertama yang alamiah kadang menunjukkan pemberontakannya terhadap eksploitasi manusia, demikian juga dengan alam teknologi.

Dalam bidang linguistik, Miller beragumentasi dengan McLuhan sebagai berikut. Teknologi adalah artifak manusia. Artifak tidak menentukan arah atau tujuan manusia dalam perkembangan kebudayaannya. Manusia yang menentukan tujuannya, artifak dijadikan sarana pencapaian tujuan. Bahasa adalah artifak manusia yang dibungkus oleh struktur entah tuturan atau oleh aksara yang dituliskan atau aksara yang dibuat tipografi lalu dicetak dan seterusnya. Pengalaman manusia ditetapkan dan diabadikan lewat artifak, yaitu bahasa. Jadi bahasa bukan seperti pendapat McLuhan. Yaitu ditentukan oleh materi khusus yang memperantarai pembicara dengan pendengar (materi tuturan) atau antara penulis dan pembaca (materi tulisan atau cetak).

Sedangkan untuk media elektronik, televisi utamanya, Miller menilai bahwa sewaktu menjelaskan televisi McLuhan benar-benar sama eksentriknya dengan ketika ia menjelaskan tipografi. Penjelasannya spekulatif. Televisi dalam pandangan McLuhan bukan media visual, tetapi media dengan-raba/sentuh. Bagi Miller televisi sama saja dengan film, keduannya menghasilkan gambar berdasarkan proyeksi pantulan entah dalam bentuk light-through maupun light-on. Efek televisi terhadap pengalaman penonton tidak berbeda dengan film.

Media televisi menurut McLuhan termasuk media `dingin` karena rendahnya informasi yang dihasilkan sehingga pemirsa harus berpartisipasi mengisi kekosongannya. Menurut Millher adalah hasil penyederhanaan nilai seni dari sketsa dan gambar kartun. Sketsa dan gambar kartun dibuat dengan pola menggambarkan yang telah dipahami dan disepakati bahwa garis tertentu mewakili arti tertentu.

6  Mcluhanish dalam Onglish

Walter J. Ong (1912-2013) adalah seorang penulis yang berfokus kepada berbagai revolusi yang terjadi di bidang komunikasi dalam berbagai abad. Pada masa Ong mempelajari ilmu humaniora, komunikasi dipandang bukan sebagai modus produksi atau informasi semata, melainkan juga sebagai bentuk-bentuk dari proses perubahan kebudayaan. Komunikasi dilihat sebagai transmisi dan preservasi dari moda produksi kebudayaan, yang religius, atau bahkan lebih, dari moda informasi. Ong selalu merasa terganggu dengan tiga pertanyaan mendasar dalam bidang ilmu yang digumulinya.

Pertama, bagaimana akal budi (mind) diredefinisi dan bagaimana redefinisi tersebut memberikan pemahaman dasar tentang kedirian (self), spiritualitas, individualitas dan kolektivitas? Kedua, Jika pembedaan tuturan, aksara dan visualitas lebih dari sekedar perbedaan-perbedaan saluran komunikasi (media/channel), tetapi dalam kenyataannya pembedaan tersebut menentukan moda-moda yang tak tergantung dari pengalaman indivual dan kolektif, lalu perubahan sosial dan perseorangan dalam skala besar apa yang terjadi dari satu moda komunikasi ke lainnya? Ketiga, Jika kebudayaan dipikirkan sebagai suatu yang tidak sesederhana struktur komunal (politik) atau sebagai relasi-relasi interperseorangan (sosial), tetapi sebagai sebuah jaringan biasa (common webs) dari pemahaman dan perilaku atau tindakan terhadap sesamanya, lalu apa arti relasi antara individual (self) dan kolektivitas (masyarakat)? Dan bagaimana kelompok-kelompok sosial mengelola kekuatan-kekuatan yang terus mengalami perubahan dalam hidup mereka?

Dalam bahasa Ong, apa yang diperjuangkan oleh McLuhan mulai dipahami secara lebih jernih. Ong mengatakan dalam Orality dan Literacy bahwa adanya perbedaan antara tuturan dan tulisan, dan perbedaan aksara dan cetak semakin disadari setelah manusia berada dalam budaya elektronik. Abad elektronik juga adalah abad “kelisanan kedua”, dimana budaya telepon, radio dan televisi terjadi dengan segalaketergatungannya kepada budaya tulisan dan cetak.

a.      Tanggapan Ong terhadap McLuhan

Menurut Ong banyak pemikiran Barat yang mengontraskan Barat dengan bukan Barat. Pengontrasan semacam itu mempengaruhi McLuhan yang terlihat dalam oposisi binernya antara telinga dan mata, oral dan tekstual, “panas” dan “dingin” , dan seterusnya. McLuhan dianggap oleh Ong sebagai orang yang secepat arus listrik bergerak cepat dari satu pembuktian ke pembuktian lainnya.
Apa yang dimulai oleh McLuhan adalah memperlihatkan fenomena alam teknologi elektronik dalam masa peralihan antara budaya cetak dan budaya pasca-cetak atau elektronik. Selain itu, McLuhan juga memulai sesuatu yang bersifat interdisiplin, bahkan tak segan memasukkan hal-hal dari kebudayaan tinggi.

b.      Relasi Suara dengan Dimensi Interioritas

Tuturan adalah suara yang keluar dari dalam organisme manusia yang memiliki resonansi. Ong menjelaskan adanya relasi yang unik antara suara dan interioritas. Suara hadir dan bereksistensi ketika ia keluar dari manusia dan langsung menjadi obyek dari fungsi indera pendengeran. Relasi tersebut saling mengendalikan. Indera pendengaran menentukan suara dan suara juga menentukan indera pendengaran. Relasi yang demikian tidak terjadi antara indera lainnya seperti mata, kecap, cium, dan raba. Indera mata tak dapat menentukan dimensi interioritas obyek.
Suara juga mempersatukan sedangkan penglihatan mengisolasi. Manusia harus memindahkan posisi tubuhnya untuk melihat obyek yang berbeda, ia harus ke luar ruangan untuk melihat obyek yang berada di luar. Pendengaran tidak, manusia cukup berdiam di dalam ruangan, dan suara dari luar ruangan, bahkan dari segala arah, masuk. Bersama suara, manusia merasa dirinya berada di pusat dunia auditorinya. Dalam efek memusat dari suara (centering effect of sound) ini, manusia larut dalam dunia suara. Eksistensi diri selalu mewaktu (momentus) dalam diri manusia. Karena efek memusat dari suara berada di sekelingnya dan tidak mendahuluinya, maka membuat pandangan kosmos tersendiri. Kosmos bagi manusia dunia tuturan dialami sebagai peristiwa yang mengalir dengan manusia sebagai pusatnya.
Penglihatan memecah indera-indera sedangkan suara mempersatukan indera lain secara harmonis dan selara. Keselarasan dan interioritas adalah karakteristik dari kesadaran manusia. Pengetahuan kesadaran adalah yang mempersatukan dalam kesatuan selarasnya, bukan yang memecah belah. Interioritasadalah pengalaman manusia dengan tubuhnya sendiri.

Relasi kesadaran (dimensi interioritas) dengan suara membuat kesadaran mengalami strukturasi dalam bentuk tuturan. Tuturan menjadi semacam aturan main atau gramatika berdasarkan praktek. Tuturan merupakan sesuatu yang keluar dari tubuh manusia tetapi tetap berada dalam kesatuan relasi dengan tubuh itu sendiri.

c.       Aksara adalah Teknologi

Aksara dalam bentuk tulisan adalah produk pabrikan yang tidak berbeda dengan komputer. Tulisan sama dengan cetakan dan komputer teknologisasi atas tuturan. Tuturan sebagai suatu yang hidup, dinamsi, hangat, bergerak, dan berada dalam interaksi perseorangan dalam dunia hunian dibekukan dan dimatikan dalam teknologi menulis.

Aksara, seperti abjad foenetis yang dituliskan, membutuhkan banyak perlengkapan dan alat. Setidaknya perlu kuas atau pena, bahan berpermukaan halus untuk ditulisi entah berupa kertas, kulit binatang atau kulit kayu, perlu tinta, cat dan sebagainya. Dibutuhkan keahlian yang bersifat mekanis untuk bekerja dengan perlengkapan menulis yang merepotkan semcam itu ketika memproduksi karya tulis. Dengan keahlian dan berbagai peralatan tersebut suara yang dinamis dimasukkan ke ruang yang senyap, dan tuturan dipisahkan dari dunia hunian yang hidup. Aksara adalah suatu yang artifisial yang tidak alami seperti tuturan.

McLuhan menganggap teknologi sebagai perluasan tubuh manusia yang merupakan suatu yang merupakan suatu yang teralienasi, yang tidak demikian menurut Ong. Bagi Ong, teknologi bukan semata-mata alat-alat bantu yang berada di luar manusia, melainkan sebuah transformasi interior dari kesadara. Berbeda dengan McLuhan yang menganggap teknologi adalah mululu artifisial atau tidak alami, Ong berpendapat artifisialnya teknologi itu suatu yang alamiah bagi manusia. Dengan demikian aksara sebagai “kepanjangan” kesadaran kolektif mungkin saja mengalienasi kesadaran dari lingkungannya yang alamiah. Artinya, jika kesadaran kolektif kelisanan berada dalam lingkungan yang alamiah, maka kesadaran kolektif keberaksaraan adalah kesadaran artifisial.

Aksara menurut Ong adalah representasi dari suatu yang sangat mutlak dan penting yaitu dari tuturan, dari ucapan kata-kata atau dari sesuatu yang diimajinasikan untuk diucapkan. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa terobosan kritis dan unik ke dalam pengetahuan baru tentang dunia yang dicapai oleh kesadaran manusia bukan terjadi pada saat tanda semiotika ditemukan, melainkan ketika ditemkannya sistem pengkodean tanda-tanda yang dapat dilihat secara visual. Dengan dapat terlihatnya tanda-tanda tersebut penulis dapat menentukan kata-kata yang tepat untuk dibekukan dalam teks, disimpan dan kelak dibangkitkan lagi dari teks. Artinya, aksara adalah penemuan teknologi yang paling penting dari antara segala temuan manusia lainnya.

d.      Peran Aksara Abjad Foenetis dalam Restrukturasi Kesadaran Kolektif

Aksara adalah teknologisasi tuturan. Perlu sekitar 30.000 – 50.000 tahun sebelum tuturan berevolusi atau diteknologisasi ke bentuk aksara yang baru mulai sekitar 6000 tahun lalu. Tidak seluruh jenis aksara menghasilkan karya tulis, menurut Ong (1982), berdasarkan hasil penelitian mengatakan hanya sekitar 106 bentuk keberaksaraan yang memadai untuk memproduksi karya tulis.
Sistem abjad foenetis tidak sulit dipelajari dan diinternalisasi. Sismtem tersebut pun menyediakan cara pengolahan data yang mudah bagi yang berbahasa lain. Secara neurofisiologis, abjad foenetis memilih aktivitas belahan otak kiri pada otak, karenanya dimungkinkan bagi manusia untuk mengembangkan pemikiran abstrak dan analitis. Abjad foenetis memberlakukan materi, yaitu tuturan, sebuah benda, dan bukan suara, yang hadir semuanya sekaligus dan dapat dipecah-pecah ke bagian-bagian yang kecil. Di dalam tuturan, atau budaya kelisanan, tuturan masih berada dalam kesatuannya dengan kesadaran. Dalam aksara, tuturan yang dianggap benda tersebut diletakkan di luar tubuh manusia dalam relasi subyek-obyek.
Preservasi yang dilakukan dalam budaya tuturan adalah dengan mengembangkan teknik pakem untuk memudahkan menghapal apa yang ada pada kesadaran kolektif manusia, seperti pemahaman tentang diri dan alamnya.
Perbandingan tersebut juga diperluas oleh Ong ke budaya cetak dan ke puncaknya yang baru yaitu budaya elektronik. Artinya, budaya elektronik membuat manusia sadar akan perbedaan kelisanan dengan keberaksaraan. Selain itu terdapat ciri-ciri kelisanan pada kebudayaan elektronik yang disebut Ong sebagai kebudayaan tuturan kedua. Berbeda dengan McLuhan yang menyebut ciri-ciri tersebut adalah karakter dengar-sentuh (audible-tactile) dalam budaya elektronik.

e.       Perbedaan struktur mental tuturan dengan aksara

Perbedaan mental yang dimaksud adalah proses akal budi dalam menganalisis. Pikiran selalu bersifar analitis, memecah materi ke dalam berbagai komponen, dan ini terjadi baik pada tuturan maupun pada tulisan.


No
Tuturan
Aksara
1
Mengaprehesi pengalaman dengan kedua bagian otak (efek bikameral)
Mempelajari fenomena dengan belahan otak kiri yang bersifat analitis.
2
Apa yang sudah diketahui di transmisi dan dipreservasi dalam sebuah pakem untuk diturunalihkan lewat hapalan.
Apa yang diketahui ditransmisi dan dipreservasi dalam sususan aksara yang sudah memiliki gramatika.
3
Strukturasi pemikiran bersifat dinamis yang terikat pada waktu dalam bentuk tuturan.
Penekanan pada ruang memperluas potensi bahasa tanpa batas. Aksara merestrukturasi pemikiran dalam relasi subyek-obyek.
4
Diri dipandang sebagai pusat yang berada dalam kosmos
Diri adalah subyek yang berelasi dengan dunia sebagai obyek.
5
Karakteristik yang lebih khas pada tuturan :
a.       Dekat dengan hunian manusia tanpa kategori analisis yang mengelaborasi, semua pengetahuan yang dikonseptualisasi dan diverbalisasi harus dekat dengan refrensinya.
b.      Memuat alunan kepedihan yang menggambarkan perjuangan hidup.
c.       Banyak pengulangan untuk mempermdahkan proses kilas balik.
d.      Konservatif/tradisionalis karena harus menghemat energi.
e.       Adanya keterlibatan penuh dengan objek atau bersifat empatetik.
f.        Homeostatis: makna yang begitu kaya diaktualkan dalam kekinian.
g.      Lebih situasional
Karakteristik yang lebih khas pada aksara
a.       Berjarak dengan dimensi interiornya sekaligus eksteriornya.
b.      “Dingin” tanpa emosi (terlebih pada budaya cetak)
c.       Mudah bagi akal budi untuk menapaktilasi apa yang sudah tertulis, maka pengulangan dihindari.
d.      Konservasi lewat aksara meringankan beban otak dari fungsi menyimpan data dan mengkonservasi maka dapat berspekulasi dan bereksperiman secara intelektual.
e.       Berjarak objektif
f.        Dijembatani oleh kamus atau dengan definisi
g.      Memakai kategori abstrak untuk mendefinisi.

f.        Konsep Alienasi dalam Pemikiran Ong dan Pemikiran Mcluhan

Pemikiran McLuhan tentang tahap-tahap perubahan kebudayaan dalam relasinya dengan perkembangan teknologi mencerminkan adanya revolusi. Pertama, revolusi pada waktu penemuan teknologi aksara, lalu penemuan mesin cetak, lalu penemuan elektronik. Ong melihat perubahan sebagai suatu perkembangan transformatif, yaitu pada saat tuturan diteknologisasi ke bentuk aksara, lalu selanjutnya perubahan terjadi secara evolutif. Ketika konsep yang merepresentasi dalam tuturan mengalami teknologisasi, hal tersebut membuat kesadaran kolektif berada dalam eksterioitas.

Bagi McLuhan, teknologi adalah sebuah perluasan diri manusia, dan teknologi itu adalah media. Sedangkan Ong tidak menempatkan media sebagai teknologi yang merupakan alienasi diri. Media sebagai teknologi dipahami sebagai sarana transmisi dan preservasi kesadaran kolektif atau lebih tepat sebagai praktek-praktek komunikasi dalam relasinya dengan kesadaran manusia dan budaya.

Dalam proses perkembangannya yang evolutif, media sebagai teknologi aksara membuat representasi kesadaran atau konsep yang semula berada dalam kesatuan interioritas dengan tuturan semakin lama semakin berada dalam eksterioritas. Dalam evolusi tersebut, pesan dibekukan ke dalam teknologi aksara, terutama abjad foenetis. Pembekuan pesan entah dituliskan, dicetak atau pun dibekukan dala bentuk elektronik. Setiap saat pesan yang terbekukan dapat dihidupkan kembali ketika pesan dibaca, baik dalam hati, tanpa suara, maupun disuarakan.
Fenomena
Seperti yang sering dikatakan oleh McLuhan bahwa media adalah pesan. Dalam masyarakat sekarang segala media yang ada, baik itu cetak , televisi, radio, bahkan new media (internet) pasti mengandung pesan atau informasi yang diberikan. Serta kita dapat mengakses pesan dari mana saja dan kapan saja sesuai dengan pesan atau informasi apa yang kita butuhkan .




Daftar Pustaka

Eymeren, M. v. (2014). Media Komunikasi dan Dampaknya terhadap Kebudayaan. Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila.



Media Effects and Crisis

Media Effects and Crisis

Graber (1989) mendefinisikan krisis sebagai 'peristiwa alam atau buatan manusia yang menimbulkan ancaman langsung dan serius terhadap kehidupan dan harta atau ketenangan pikiran ' (hal. 305) .1 Krisis muncul tiba-tiba dan muncul dari serangan terhadap para pemimpin politik , seperti pembunuhan John F. Kennedy (1963) dan percobaan pembunuhan Ronald Reagan (1981); dari serangan dan ancaman dari kekuatan eksternal, seperti Perang Yom Kippur (1973), situasi penyanderaan di Iran (1979-1981), dan Perang Teluk Persia (1991); dari bencana alam seperti letusan Gunung St Helens (1980), gempa bumi San Francisco (1989), dan badai Andrew (1992); dari bencana teknis seperti kecelakaan nuklir di Three Mile Island (1979) dan Chernobyl (1986), ledakan pesawat ulang-alik Challenger (1986), dan maskapai kecelakaan, seperti kecelakaan TWA penerbangan 800 pada tahun 1996; dari konflik internal seperti National Guard menembak sembilan mahasiswa di Kent State (1970) dan Los Angeles kerusuhan mengikuti Rodney King vonis pertama (1992); dan dari kegiatan teroris, seperti Pengeboman World Trade Center (1993) dan bangunan Federal Oklahoma (1995). Krisis mempengaruhi sejumlah besar orang dan ditandai dengan tiba-tiba, ketidakpastian, dan kurangnya kontrol, reaksi emosional, dan ancaman terhadap kehidupan dan properti.
Tidak peduli apa penyebabnya, saat krisis adalah periode yang luar biasa yang ditandai dengan ketidakstabilan, ketidakpastian, stres, dan signifikansi emosional karena takut hasil yang tidak diinginkan. Kegiatan normal berhenti. Ketika Presiden Reagan ditembak pada tahun 1981, misalnya, Kongres tersembunyi di tengah-tengah perdebatan, New York dan bursa saham Amerika menghentikan perdagangan, dan presentasi Oscar, dijadwalkan untuk malam itu, ditunda. Saat krisis meningkatkan pentingnya peran media massa dalam memberikan informasi dan penjelasan. Karena sumber daya mereka dan akses yang unik untuk instansi pemerintah dan pejabat, masyarakat bergantung pada media untuk mengumpulkan informasi dan panduan respon masyarakat.

TEORITIS FOKUS: FUNGSI KOMUNIKASI MASSA

Salah satu pendekatan untuk menganalisis hubungan media massa kepada masyarakat adalah fungsionalisme struktural. Fungsionalisme didasarkan pada analogi biologis. Masyarakat dipandang sebagai sistem yang kompleks yang saling terkait bagian-semua yang melakukan kegiatan tertentu yang dirancang untuk mempertahankan masyarakat dan tetap berfungsi. Kegiatan ini disebut fungsi. Fungsi adalah kegiatan berulang yang dirancang untuk memastikan keharmonisan dan stabilitas di masyarakat. Jika ada gangguan dalam masyarakat, berbagai aspek dari masyarakat bertindak untuk memastikan kembali ke keadaan keseimbangan (Merton, 1968).
C.R.Wright (1986) menulis tentang fungsi komunikasi massa dan mencatat bahwa media massa melayani kedua laten (tersembunyi) dan mewujudkan (jelas) fungsi bagi masyarakat, individu, sub kelompok sosial, dan budaya. Berdasarkan Lasswell (1948), Wright menunjukkan bahwa komunikasi massa menyajikan empat fungsi utama bagi masyarakat: pengawasan, korelasi, sosialisasi, dan hiburan. Ia juga mencatat bahwa kegiatan ini media mungkin tidak hanya fungsional, atau positif, tetapi mereka juga dapat menjadi disfungsional dan memiliki konsekuensi negatif. Surveillance adalah fungsi informasi komunikasi massa. Sebagai masyarakat tumbuh dan menjadi lebih kompleks, menjadi penting untuk memiliki penjaga atau menonton untuk memantau lingkungan sehingga kelompok lain dalam masyarakat dapat mengabdikan diri untuk kegiatan fungsional lainnya. Masyarakat yang kompleks bergantung pada komunikasi massa untuk pengawasan yang paling biasanya melalui laporan berita. Media massa mengumpulkan, meringkas, dan melaporkan informasi bahwa berbagai kelompok perlu melakukan pekerjaan mereka sendiri (misalnya, laporan pasar saham, cuaca, atau ringkasan dari Kegiatan legislatif). Kami juga mengandalkan komunikasi massa sebagai sistem peringatan dini untuk memperingatkan masyarakat di saat bahaya dan krisis.
            Sebagai hasil dari kegiatan pengawasan, komunikasi massa melakukan fungsi lainnya bagi masyarakat. Pengawasan dapat meningkatkan persepsi kesetaraan dalam masyarakat. Karena banyak bentuk komunikasi massa yang diakses secara publik, informasi dapat tersedia untuk semua anggota masyarakat dan setiap orang memiliki kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari informasi tersebut. Melalui etika, pengawasan memungkinkan masyarakat untuk mempertahankan kontrol sosial dengan menunjukkan perilaku menyimpang dan memegangnya hingga cemoohan. Dan liputan oleh media massa menimbulkan kesadaran serta status sosial dari isu-isu, peristiwa, dan orang-orang bahwa mereka menutupi melalui status fungsi conferral (Lazarsfeld Merton, 1948).
            Pengawasan, meskipun juga dapat menjadi disfungsional. "Perang saraf" adalah fenomena yang muncul selama krisis di mana orang menjadi stres dan cemas karena informasi yang berlebihan. Beberapa tanda juga dapat menyebabkan reaksi berlebihan dan kepanikan atau kelumpuhan melalui ketakutan. Satu disfungsi laten adalah proses membiusi. Lazarsfeld dan Merton (1948) takut bahwa pengawasan media bisa mulai menggantikan aktivitas politik dalam masyarakat. Itu adalah, sebagai orang-orang yang mencoba untuk bersaing dengan berita dan urusan publik informasi, mereka benar-benar menjadi lebih apatis terhadap isu-isu masyarakat. Jumlah semata-mata waktu yang dihabiskan dengan media dapat menggantikan tindakan politik. Atau, analisis informasi intelektual dari politik menyesatkan orang-orang untuk berpikir bahwa mereka benar-benar terlibat dalam proses politik, ketika mereka tidak. Penggunaan Media untuk pengawasan, dalam hal ini, menggantikan kegiatan politik. Lazarsfeld dan Merton (1948) mengatakan, orang mungkin 'kesalahan mengetahui tentang masalah hari untuk melakukan sesuatu tentang mereka' (hlm. 106).
            Korelasi adalah editorial dan penjelasan fungsi komunikasi massa. Informasi ini sering kompleks. Melalui korelasi, media massa mengklarifikasi dan menjelaskan relevansi informasi. Jika melalui pengawasan media massa memberitahu kami apa yang terjadi, melalui korelasi media massa apa artinya bagi kita. Korelasi adalah koreksi dari beberapa disfungsi pengawasan. Informasi yang berlebihan, misalnya, dapat dikurangi melalui sintesis dan mencerna informasi untuk menyorot bit yang paling penting berita. Korelasi umum di media massa. Halaman editorial di Surat Kabar hadir pendapat dan saran tentang urusan publik. Satu contoh sederhana korelasi adalah ramalan cuaca khas. Melalui pengawasan, peramal cuaca menampilkan peta yang menandai dingin dan hangat, gerakan aliran jet, dan isobar. Kecuali kita akrab dengan klimatologi, tanda-tanda ini sering membuat tidak masuk akal. Namun, peramal cuaca menjelaskan kepada pemirsa dan menyiarkan cuaca, berdasarkan pada data tersebut.
            Korelasi dapat berfungsi bagi masyarakat. Jika orang terlalu bergantung pada interpretasi media massa berita, mereka mungkin kehilangan kemampuan kritis mereka sendiri untuk mengevaluasi informasi tentang mereka sendiri. Atau, organisasi media mungkin ragu-ragu untuk mengkritik dan mengedit terhadap lembaga yang kuat dan orang-orang dalam masyarakat karena takut pembalasan. Organisasi media sangat bergantung pada sumber-sumber pemerintah, misalnya, dan mungkin enggan untuk kehilangan akses ke sumber-sumber (Herman Chomsky, 1988)
            Sosialisasi adalah fungsi komunikasi massa yang berhubungan dengan transmisi nilai-nilai sosial dan warisan budaya. Sebuah masyarakat ditandai oleh norma-norma umum bersama budaya, nilai-nilai, dan pengalaman. Komunikasi massa berfungsi untuk menampilkan dan memperkuat nilai-nilai dan pengalaman. Komunikasi massa juga dapat mengintegrasikan anggota baru dari masyarakat, anak-anak dan imigran, dengan mengajar dan menyampaikan norma-norma, nilai-nilai, dan pengalaman. Melalui sosialisasi, komunikasi massa mempromosikan integrasi sosial dan kohesi.
            Penekanan pada kohesi, bagaimanapun, dapat menjadi disfungsional. Jika komunikasi massa mengabaikan subkelompok dalam masyarakat, perbedaan regional dan etnis dapat berkurang, mengurangi keanekaragaman budaya dan intelektual dalam masyarakat. Konten media massa sering tidak beraneka norma dan nilai-nilai sosial. Sayangnya, karena tuntutan pasar, konten media sering disederhanakan, stereotip, dan mewakil dari nilai-nilai dari kelas sosial yang dominan. Gambar mereka dapat menyebabkan sosialisasi yang tidak benar dan tidak akurat, representasi miring dari nilai-nilai sosial
Fungsi hiburan sebagai sumber, tangguh, dan pengalihan. Etika kerja yang kuat dalam masyarakat kita menyebabkan hiburan media massa yang dianggap disfungsi selama bertahun-tahun. Beberapa penulis prihatin bahwa budaya populer akan merendahkan orang dan bahkan mungkin menggantikan kegiatan intelektual (Mendelsohn, 1966). Tapi, jelas bahwa hiburan dan relaksasi yang fungsional. Secara individual, orang perlu istirahat dan berkumpul kembali. Bagi masyarakat, hiburan menyediakan pengalaman bersama, seperti acara media Olimpiade (Rothenbuhler, 1988) dan sumber untuk kohesi sosial. Tapi, hiburan juga bisa disfungsional. Hiburan media massa dapat menggantikan kegiatan yang lebih berharga lainnya. Dan, banyak dari kekhawatiran tentang efek antisosial berfokus pada konten media kekerasan atau sensasional.
            Pendekatan fungsionalis untuk memahami komunikasi massa telah dikritik (Elliott, 1974). Beberapa berpendapat bahwa pendekatan tautological; itu adalah, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa sesuatu yang ada, itu harus melayani suatu tujuan, sehingga fungsional. Keberadaan, kemudian, adalah disamakan dengan fungsi. Selain itu, fungsionalisme  penekanan pada stabilitas berarti bahwa ia tidak mampu untuk memberikan penjelasan untuk perubahan dalam masyarakat. Meskipun keterbatasan ini, pemahaman masyarakat dan harapan individu tentang komunikasi massa dapat membantu dalam memahami peran yang diamainkannya dan efek yang dapat muncul pada saat pergolakan sosial.

Fungsi Komunikasi Massa Selama Krisis

            Graber (1993) menjelaskan bahwa krisis memiliki beberapa tahap. Tahap pertama adalah penemuan krisis atau ancaman bencana. Pada tahap ini, ketidakpastian adalah yang tertinggi dan ancaman yang paling sedikit dipahami. Organisasi media massa bereaksi dengan mengirimkan sumber daya ke tempat kejadian dan menghubungi pejabat, lembaga, dan ahli yang bisa menjelaskan apa yang terjadi. Media penyiaran bereaksi cepat dan mengganggu atau menangguhkan program reguler untuk menutupi krisis. Ini adalah radio dan televisi yang menjadi sumber utama informasi-bahkan bagi mereka yang terlibat dalam krisis. Selama jam-jam awal Perang Teluk Persia, misalnya, para pemimpin dunia diikuti liputan berita CNN dari pemboman Baghdad. Bahkan Federal Emergency Management Agency memonitor ABC, CBS, NBC, dan CNN selama bencana alam (Goldman Reilly, 1992). Jangkar berita biasanya menjadi saluran untuk laporan terputus dari orang-orang di tempat kejadian-profesional, ahli, saksi mata, dan penonton. Berita dipandang sebagai "command post" yang koordinasi dan menyebarkan berita terkait informasi (Quarantelli, 1981). Buletin ini sering tidak diedit dan tidak terverifikasi. Krisis hampir menghilangkan gatekeeping (Waxman, 1973). Desas-desus dan disinformasi yang terlewati sepanjang sisi laporan yang akurat (Dynes, 1970).
Cakupan krisis dapat mengkonsumsi media. Sebagai yang paling cepat dan paling diandalkan media, televisi mencurahkan sumber daya yang luar biasa untuk cakupan krisis. Selama 4 hari di bulan November 1963, televisi melaporkan tanpa gangguan pada pembunuhan dan pemakaman Presiden John F. Kennedy. Peluncuran pesawat ulang-alik Challenger berita awalnya kecil, ditutupi hidup hanya dengan CNN. Tapi segera setelah me ledakan yang menewaskan tujuh astronot, termasuk guru Christa McAuliffe, semua tiga jaringan berbalik untuk hidup, cakupan terus menerus. Media fokus terus sepanjang malam, terutama ketika Presiden Reagan dibatalkan Negara tentang alamat Union. Tembakan udara dramatis adalah kunci untuk cakupan dari gempa bumi San Francisco yang terjadi selama tahun 1989 World Series. Gambar televisi terus sampai tidak ada cahaya lebih alami. ABC Nightline lahir sebagai America Held Hostage selama krisis sandera Iran. ABC adalah satu-satunya jaringan yang memiliki reporter di Teheran selama minggu pertama krisis dan juara  dalam liputan media. Laporan berita diperluas diisi larut malam, setelah berita lokal. Laporan-laporan ini terbukti sangat populer sehingga program ini terus sebagai Nightline, bahkan setelah krisis berlalu. Perang Teluk Persia merupakan studi kasus yang baik dari peningkatan liputan berita. Media Index Nasional, yang melacak berita di tiga jaringan utama, lima surat kabar utama, dan tiga majalah berita utama, melaporkan bahwa selama 21 Januari 1991, melalui 3 Februari 1991 (minggu-minggu setelah serangan udara pada Baghdad), Kabar meningkat menjadi 130% dari volume normal; hampir 93% dari semua berita itu Perang Teluk terkait (Dennis et al., 1991).
            Selama masa krisis, fungsional pentingnya media massa secara meningkatkan dramatis. Schramm (1965) mencatat bahwa krisis meningkatkan kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi, interpretasi, dan penghiburan. Ketidakpastian intens ditambah dengan rasa takut bahaya memimpin orang mengandalkan satu-satunya sumber pusat yang memiliki akses ke sumber-sumber berita dan informasi. Selama perang 1973 Yom Kippur, 'media telah menjadi pusat kehidupan masyarakat' (Peled Katz, 1974, hal. 52) untuk informasi tentang anggota keluarga. Karena pemadaman yang dibutuhkan semua orang untuk tinggal di dalam rumah, 53% dari responden Israel menginginkan televisi mencurahkan sebagian besar waktunya untuk pengawasan dan korelasi. Lain diharapkan rilis ketegangan sepertiga dan solidaritas membangun dari televisi. Selama Perang Teluk Persia, responden percaya bahwa fungsi televisi yang paling penting adalah memberikan informasi (M 6.09, pada skala 7 poin), diikuti dengan penjelasan (M 5,76), membangun solidaritas (M 5,52), dan mengurangi ketegangan (M 4,95) (DMMcLeod et al., 1994).
            Pentingnya fungsional media untuk memberikan pengawasan dan korelasi tercermin dalam peningkatan penggunaan berita selama krisis. Mendengar berita mengejutkan, orang sering beralih ke media, biasanya televisi, untuk konfirmasi dan detail (Greenberg, 1965; Riffe Stovall, 1989). Peringkat berita bisa sangat tinggi selama masa krisis. Pada sidang pembunuhan Presiden Kennedy, lima dari enam orang 58 yang bisa meninggalkan rutinitas sehari-hari mereka dan beralih ke televisi untuk informasi lebih lanjut (Sheatsley Feldman, 1965). Pemakaman Presiden Kennedy beberapa hari kemudian menarik 81% dari penonton televisi. George Bush malam Januari 1991, serangan udara di Baghdad dilihat oleh 79% dari seluruh rumah tangga AS (Record-Melanggar TV Audience, 1991). Selama minggu pertama Perang Yom Kippur 1973, hampir semua warga Israel mendengarkan radio dan televisi; 68% mendengarkan radio sepanjang hari dan 55% bahkan melaporkan bahwa mereka mendengarkan radio saat mereka menonton televisi (Peled Katz, 1974). Haus berita begitu besar sehingga orang begadang mendengarkan radio dan ingin berita televisi setiap hari diperluas. Setelah mendengar dari upaya pada kehidupan Presiden Reagan, 90% dari (1983) responden Gantz ini menonton televisi atau mendengarkan radio; 28% terus mengikuti berita setelah pukul 11:00
Penggunaan Berita meningkat selama perang Teluk Persia tahun 1991. Jajak pendapat nasional melaporkan bahwa 70% dari publik AS diikuti berita perang 'sangat erat' hampir 80% begadang untuk menonton lebih banyak berita (Gallup Organization, 1991). Penduduk New Castle County (Delaware) melaporkan menonton berita televisi selama hampir 3 jam sehari dan mendengarkan berita radio selama hampir 1 ½ jam sehari (dibandingkan dengan menonton berita selama sekitar 1 jam dan mendengarkan berita radio untuk lebih ¾ jam setahun kemudian;. DMMcLeod et al, 1994). Reuters melaporkan bahwa penyewaan video secara dramatis menurun selama minggu pertama Perang Teluk (Gaunt, 1991). Manajer toko video berspekulasi bahwa penggunaan berita diganti menonton film di rumah.
Greenberg, Cohen, dan Li (1993) memperkuat pentingnya televisi di tahap awal krisis. Studi mereka dari difusi awal perang udara Teluk Persia menemukan bahwa lebih dari sepertiga responden mereka (36%) beralih segera ke televisi untuk berita. CNN adalah sumber berita yang lebih disukai antara 49-54% dari semua responden. Para penulis mencatat bahwa "mengakui bahwa CNN tersedia di hanya sekitar 61% rumah di negara, dominasi para pemirsa bahkan lebih luar biasa. Di hampir setiap rumah dengan akses ke CNN, itu menjadi pilihan pertama"(p. 150; ditulis miring merupakan kata asli). Orang dengan jelas mengandalkan Berita khusus dengan sumber daya di wilayah Teluk Persia.
Bencana alam juga ditandai dengan meningkatnya kebutuhan informasi dan peningkatan penggunaan berita. Pada hari letusan Gunung St Helens pada tahun 1981, 85,4% responden yang tinggal di timur Washington beralih ke televisi untuk informasi; 81,8% digunakan radio. mencari informasi tetap tinggi pada hari berikutnya; 89,1% beralih ke televisi untuk berita dan 86,6% juga mendengarkan radio (Hirschburg et al., 1986). Para peneliti menyimpulkan bahwa ketidakpastian meningkat pentingnya media dan orang-orang bergantung pada mereka untuk berita.
Survei dari Galveston, Texas, penduduk yang mengalami kehancuran badai Alicia 1983 lebih lanjut menunjukkan pentingnya media. Peneliti mewawancarai warga ini tentang reaksi peringatan badai Danny 1985 (ini dilewati Galveston gersang yang melanda pesisir Louisiana (Ledingham Walters, 1989). Sekitar setengah dari penduduk melaporkan bahwa sumber media adalah informasi yang paling penting tentang apa yang harus dilakukan selama peringatan Danny tetapi hanya 15,8% menghabiskan lebih banyak waktu menonton televisi. Lebih dari tiga perempat dari penduduk (77,7%), namun, menonton televisi khusus untuk memantau perkembangan badai atau menonton ramalan cuaca. Meskipun waktu dengan media tidak meningkat bagi banyak orang, berita terkait badai mungkin dapat dipindahkan untuk melihat hiburan.
Wenger (1980) menemukan bahwa warga masyarakat yang telah mengalami berbagai bencana (angin topan, banjir, dan Tornado) bergantung pada media untuk informasi bencana selama keadaan darurat. Dia mencatat bahwa bagi banyak orang, "media tidak hanya menjadi sumber informasi, mereka adalah satu-satunya sumber" (p. 243). Responden bergantung terutama pada media elektronik karena kedekatan mereka; dari 58.3% menjadi 74.5% bernama radio dan televisi sebagai pilihan pertama mereka untuk informasi bencana.
Pengawasan dan korelasi adalah fungsi-fungsi yang paling jelas dari media massa selama krisis, namun media massa juga melayani fungsi solidaritybuilding dan pengurangan ketegangan. Beberapa lama setelah pembunuhan Presiden Kennedy, liputan televisi memberikan dukungan emosional untuk membantu pemirsa menangani shock mereka dan kesedihan (Mindak Hursh, 1965; Schramm, 1965). Meskipun pengawasan dan korelasi yang paling penting, sekitar sepertiga dari Israel diharapkan televisi untuk mengurangi ketegangan dan membangun solidaritas selama Perang Yom Kippur (Peled Katz, 1974). Pemrograman dramatis, seperti aksi petualangan dan film, terkait dengan pengurangan ketegangan. Peled dan Katz (1974) menyarankan bahwa program ini terganggu pemirsa dari ketakutan perang mereka. Bahkan laporan berita membantu untuk mengurangi ketegangan dan membangun solidaritas. Para penulis mencatat bahwa efek ini mungkin telah disebabkan moralebolstering pendekatan untuk pelaporan berita. Selama bencana alam, pekerja bantuan darurat mendorong media untuk dua alasan: untuk mempercepat arus informasi darurat untuk korban (Pengawasan dan korelasi) dan membangun simpati publik untuk mendorong sumbangan dan bantuan (Sood et al., 1987).
Krisis lebih baru juga telah digambarkan ketegangan pengurangan dan solidaritas fungsi komunikasi massa. Ledakan Challenger adalah dikaitkan dengan berbagai laporan dari kesedihan dan duka. Liputan berita intens tampaknya menghibur banyak pemirsa televisi (misalnya, Kaye, 1989). Memang, orang-orang yang kecewa dengan ledakan lebih cenderung menghabiskan waktu menonton berita (Kubey Peluso, 1990; Riffe Stovall, 1989). Liputan media sering diarahkan untuk pengurangan ketegangan dan membangun solidaritas. Selama Perang Teluk Persia, Berita dibangun pada tema "kuning pita". Kaid, Harville, Ballotti, dan Wawrzyniak's (1993) analisis isi dari liputan koran Perang Teluk, misalnya, menyimpulkan bahwa keterlibatan AS dalam perang digambarkan secara negatif hanya 3% dari cerita. Newhagen (1994) menemukan bahwa jaringan televisi berita itu juga terutama lebih mendukung dan kurang penting keterlibatan AS dalam perang. Dennis dan rekan-rekannya (1991) melaporkan bahwa 3 minggu sebelum serangan udara, cerita berfokus pada kontroversi tentang memasuki perang kalah jumlah cerita tentang mendukung cerita perang oleh 45 sampai 8. Pada minggu-minggu berikutnya selama perang udara dan darat, ' pita kuning 'cerita kalah jumlah' kontroversi 'cerita 36-19.

Cakupan krisis sebagai acara Media

Bahkan ketika masyarakat menjadi kompleks, hal ini masih penting untuk ritual sosial dan acara untuk memperkuat nilai-nilai bersama dan tradisi. Simbol-simbol diwakili dalam ritual sosial, seperti Parade merayakan liburan patriotik, ikatan individu untuk satu sama lain dan masyarakat (Durkheim, 1893 1964). Baru-baru ini, meskipun, ritual sosial masyarakat ditampilkan dan berpengalaman melalui televisi. Katz (1980) dikonsep ini acara media sebagai penobatan (parade, pernikahan, dan pemakaman), kontes (di mana kekuatan super bersaing), dan penaklukan (cerita pahlawan) yang memperkuat tradisi bersama dan nilai-nilai masyarakat (Dayan Katz, 1992). Menurut Katz (1980), media peristiwa (a) yang disiarkan langsung sehingga cakupan memungkinkan pemirsa untuk merasa seolah-olah mereka mengalami peristiwa seperti yang terjadi; (B) yang direncanakan untuk memudahkan akses dan cakupan oleh televisi; (C) yang dramatis dan berisi konten emosional dan simbolis; (D) memaksa melihat partisipasi dalam sejarah; (E) yang menegangkan (meskipun acara dapat direncanakan, hasil akhir tidak diketahui); (F) yang dibingkai untuk menangkap dan mempertahankan perhatian penonton; dan (g) fokus pada orang-orang yang terlibat sebagai simbol.
Banyak krisis ditutupi oleh media sebagai acara media. Begitu berita dilepaskan dari krisis, liputan televisi intens mengangkut penonton ke lokal-Baghdad, Oklahoma City, Cape Canaveral. Meskipun krisis sendiri jarang direncanakan, media memiliki kebijakan dan rencana dan mencurahkan sumber daya untuk segera cakupan krisis. Cakupan ini berfokus pada dramatis dan dibingkai sebagai kontes (akan Amerika Serikat dapat menjamin pembebasan para sandera di kedutaan?), Sebagai penaklukan (Schwarzkopf 'Bagaimana kita memenangkan perang' pidato setelah tanah Teluk Persia perang), atau sebagai penobatan (Johnson pelantikan setelah pembunuhan Kennedy). Kepribadian menjadi pusat cakupan keberanian Jacqueline Kennedy; petugas pemadam kebakaran membawa anak diselamatkan dari gedung federal Oklahoma yang dibom-out; Christa McAuliffe. Dan simbol mewakili krisis pita kuning Perang Teluk; tunggal naik berdiri di ombak setelah upacara peringatan bagi mereka yang meninggal pada TWA penerbangan 800.
Framing tentang krisis sebagai acara media dapat memenuhi fungsi pengawasan dan korelasi dengan memberikan liputan peristiwa, tetapi terutama mereka melayani untuk bersosialisasi dan menghibur. Fungsi utama dari acara media adalah untuk memfasilitasi dan memperkuat kohesi sosial. Liputan langsung televisi, dapat diakses oleh semua, memberikan penonton rasa sambungan ke orang lain yang berbagi pengalaman bersama. Simbol-simbol yang mendominasi liputan menimbulkan reaksi emosional umum. Liputan media dari krisis endows memori bersama. Kebanyakan baby boomers akan selalu ingat pembunuhan Kennedy. Anak-anak mereka akan mengingat ledakan Challenger. Peristiwa Media juga melayani fungsi hiburan; cakupan perang Teluk Persia terutama menggambarkan framing, dalam bagian, sebagai hiburan. CNN memberi cakupan perang judul ('Sebuah Line di Pasir') dan lagu tema (berirama drum roll). Pemuliaan keberhasilan AS peralatan militer itu mengingatkan video game (misalnya, bom pintar) dan acara olahraga (Patriots vs Scud).

MEDIA MEMENUHI FUNGSI MEREKA?

Fungsi komunikasi massa menjadi sangat jelas selama masa darurat. Pers mencurahkan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi, penjelasan, sosialisasi, solidaritas, dan pelepasan ketegangan. Efek komunikasi massa selama masa krisis dapat dipahami dalam kerangka ini. Melalui pengawasan dan korelasi peran mereka, media dapat meningkatkan kesadaran ancaman melalui difusi berita dan berkontribusi untuk efek kognitif dan / atau belajar lainnya. Melalui solidaritas dan ketegangan-pengurangan peran, media dapat berkontribusi untuk rally efek dan pembentukan sikap lainnya.

Difusi Berita

Salah satu efek yang paling diteliti komunikasi massa dalam situasi krisis adalah difusi berita. Wilayah studi ini berfokus pada peran informasi komunikasi massa. Penelitian berita difusi meneliti sarana melalui mana orang belajar tentang berita acara dan seberapa cepat berita acara yang tersebar di seluruh sistem. Studi tentang difusi berita acara tidak hanya memiliki kepentingan teoritis untuk memahami peran komunikasi massa dalam penyebaran informasi, tetapi juga memiliki nilai riil praktis. Pejabat perlu tahu cara yang paling cepat dan efektif untuk mengingatkan masyarakat tentang bencana yang akan datang dan upaya bantuan selanjutnya. DeFleur (1987) melaporkan bahwa studi difusi berita kuantitatif pertama dianggap bagaimana orang mengetahui tentang kematian Presiden Franklin D. Roosevelt pada tahun 1945. Sejak tahun 1940-an, banyak penelitian lain menunjukkan kesimpulan berikut tentang difusi berita.
Yang lebih penting sebuah acara, semakin tinggi tingkat dan jumlah difusi. Penentu utama betapa cepat dan benar-benar berita acara menyebar adalah pentingnya acara. Berita lifethreatening bahaya dapat menyebar cukup cepat; pada tahun 1982, 80% dari sampel Chicago telah diberitahu tentang kapsul Tylenol terkontaminasi sianida dalam waktu 24 jam (Carrocci, 1985). Pembunuhan pemimpin mungkin adalah salah satu krisis terbesar masyarakat. Kabar dari pembunuhan Presiden Kennedy menyebar dengan cepat; 42% dari orang mendengar tentang penembakan dalam waktu 15 menit (Greenberg, 1965); 60 menit, 90% dari negara telah mendengar; dalam waktu 3 jam dari penembakan itu, kebanyakan orang telah diberitahu. Penyebaran berita tentang usaha pembunuhan Presiden Reagan tidak begitu cepat (Weaver-Lariscy, Sweeney, Steinfatt, 1984); dalam waktu 1 jam, 64% tahu; Persentase ini meningkat menjadi 81% dalam waktu 30 menit. Berita dari percobaan pembunuhan Paus Yohanes Paulus II masih kurang cepat; 60% tahu dalam satu jam pertama dan 71% dalam 90 menit pertama (Weaver-Lariscy et al., 1984). Schwartz (1973-1974) menemukan bahwa berita tentang upaya pada kehidupan Gubernur calon presiden George Wallace menyebar ke 60% dari sampel di 2 jam.
1986 pembunuhan Perdana Menteri Swedia, Olof Palme, memberikan konteks untuk studi banding internasional besar-besaran difusi berita. Para peneliti dari 11 negara yang berbeda melakukan studi tentang penyebaran berita acara (Rosengren, McQuail, Blumler, 1987). Hasil studi ini menegaskan peran penting dalam jumlah difusi berita. Dalam lima negara Nordic (Swedia, Islandia, Norwegia, Denmark, dan Finlandia), hampir 100% dari populasi menyadari kematian Palme dalam waktu 12 jam (lihat Gambar 3.1;. Rosengren, 1987). Di Amerika Serikat, namun, setelah 48 jam, hanya 72% dari masyarakat sadar (Gantz Tokinoya, 1987). Perbedaan ini mencerminkan jarak dan pentingnya pengaruh Swedia di Eropa dan Amerika Serikat.
Perbandingan difusi berita acara yang berbeda memperkuat bahwa dampak dari acara menentukan tingkat dan tingkat kesadaran. Pada tahun 1960, peneliti (Budd, MacLean, Barnes, 1966) dibandingkan difusi berita dua peristiwa yang terjadi dalam satu hari setiap penggulingan lain dari Soviet Premier Nikita Khrushchev (peristiwa besar selama era perang dingin) dan penangkapan dari asisten presiden, Walter Jenkins, atas tuduhan moral (acara yang lebih kecil). Para peneliti menyimpulkan bahwa 'dalam waktu kurang dari satu setengah jam, persentase yang lebih tinggi dari orang menyadari insiden Khrushchev daripada  Jenkins setelah 15½ jam' (hal. 225). Satu jam pertama setelah pengumuman dari setiap peristiwa, 30% menyadari Khrushchev tetapi hanya 13% yang sadar Jenkins. Setelah 8 jam, hampir semua orang (93%) menyadari Khrushchev; hanya 50% yang sadar Jenkins. Jelas, difusi ditentukan oleh dampak berita.
Pada  hari dimana  berita ini dirilis menentukan baik saluran komunikasi yang merupakan sumber pertama berita serta kecepatan difusi. Irama kehidupan sehari-hari menentukan sumber awal utama berita. Sebagai Mayer, Gudykunst, Perrill, dan Merrill (1990) menyimpulkan setelah analisis mereka dari kesadaran ledakan Challenger 'di mana satu mempengaruhi bagaimana seseorang menemukan terjadinya peristiwa berita utama ... bagaimana seseorang menemukan acara kemudian mempengaruhi seberapa cepat orang mendengar acara ' (hal.121).



Gambar. 3.1. Difusi berita Palme ini pembunuh asi di 11 negara. Dari Rosengren, K.E. (1987). Kesimpulan studi banding difusi berita. European Journal of Communication, 2, 227-255, hlm. 247. Dicetak ulang dengan izin dari Sage Publications Ltd ..
Greenberg (1965) melaporkan bahwa kontak interpersonal cukup penting untuk penyebaran Berita pembunuhan John f. Kennedy untuk sampel nya San Jose, California, penduduk. Orang-orang yang pertama kali mendengar tentang penembakan di 15 menit pertama setelah itu terjadi, sekitar 38% belajar dari orang lain. Orang-orang yang belajar dalam jarak 15 menit berikutnya, 55% belajar dari kontak interpersonal; 57% dari orang-orang yang belajar di 15 menit berikutnya dikutip interpersonal saluran sebagai sumber. Kennedy tertembak di 10 30 pagi waktu Pasifik, saat banyak orang sedang bekerja atau sibuk dengan tugas. Pada saat televisi lebih sedikit dan lebih sedikit stasiun televisi, televisi akan kurang penting sebagai sumber awal. Mendelsohn (1964), namun, dalam sampel ini remaja dan orang dewasa di Colorado, menemukan radio yang merupakan sumber penting pertama untuk berita penembakan Kennedy; 39% dikutip radio sebagai sumber mereka. Kebiasaan Media dari remaja, yang memiliki radio sebagai iringan khas untuk kegiatan sehari-hari, dapat menjelaskan pentingnya dalam studi itu.
Sebuah studi difusi berita tentang serangan udara di Baghdad menggambarkan bagaimana waktu hari mempengaruhi saluran informasi pertama. Greenberg dan rekan-rekannya (1993) mengumpulkan data di semua empat zona waktu Amerika Serikat. Pemboman pertama terjadi pada 6 30 pm EST, ketika banyak menonton berita malam untuk melihat reaksi AS terhadap kegagalan Irak untuk menarik pasukan dari Kuwait dengan 15 Januari batas waktu. Di zona waktu timur, televisi adalah sumber informasi pertama untuk 68% dari responden. Peran televisi tumbuh lebih kecil untuk responden di zona waktu sebelumnya; 53% dan 50% pertama kali mendengar melalui televisi di zona gunung dan Pasifik waktu masing-masing. Sumber Interpersonal lebih mungkin sumber di awal hari 16% responden belajar dari saluran interpersonal, 21% dan 29% mengandalkan sumber-sumber di zona gunung dan waktu Pasifik. Para peneliti menyimpulkan bahwa pada hari sebelumnya orang lebih cenderung berada di luar rumah, bekerja atau menjalankan tugas, dan lebih mungkin untuk mendengar berita dari sumber interpersonal. Mereka di rumah lebih mungkin untuk mendengar berita dari televisi, media rumah berpusat. Temuan ini mengkonfirmasi (1983) kesimpulan Gantz tentang penggunaan saluran dan difusi berita. Bagaimana orang mengetahui tentang suatu peristiwa terutama karena di mana orang-orang ketika berita ini dirilis di tempat kerja atau di rumah. Bagi mereka di rumah, radio atau televisi biasanya sumber pertama berita; bagi mereka di tempat kerja, dimana media cenderung menjadi tersedia, komunikasi interpersonal biasanya sumber pertama.

Waktu terjadi kebakaran rumah di kampus Universitas Indiana yang mengakibatkan satu kematian dan cedera beberapa menggambarkan dampak dari rutinitas rakyat pada kesadaran (Gantz, Krendl, Robertson, 1986). Api terjadi awal pada hari Minggu pagi. Karena tidak ada kelas yang dijadwalkan hari itu, kebanyakan siswa yang luar kampus. Meskipun ini sangat penting untuk komunitas siswa dan berita api menyebar cukup cepat sepanjang hari (pada 6:00 p.m., 78% dari siswa yang sadar api), kurang dari satu dari lima responden bernama setiap saluran media massa sebagai sumber kesadaran. Sebaliknya, lebih dari 80% mendengar kabar dari sumber interpersonal. Temuan ini mungkin karena kurangnya liputan media atau ketersediaan untuk siswa yang tinggal dan libur di kampus.