MEDIA KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEBUDAYAAN

MEDIA KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEBUDAYAAN

MEDIA KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP BUDAYAAN

1. Pengantar

            Herbert Marshal McLuhan, pengamat masalah asal muasal perubahan kebudayaan ini menuangkan pemikirannya ke dalam berbagai tulisan dan juga dalam bentuk ceramah, seminar, debat, wawancara, dan sebagainya. Tulisan-tulisannya ada yang berbentuk buku, atau tulisan di media massa, jurnal dan sejenisnya (Eymeren, 2014).

2 Perencanaan Diskusi

            Diskusi atas McLuhan ditunjukan kepada pemikiran utamanya. Yang pertama adalah tentang dimana posisi pemikiran McLuhan dalam peta ilmu humaniora? Apakah ia masuk kedalam strukturalisme, mengingat adanya pola binarisme dalam karya Mcluhan seperti misalnya, “media panas” dan “media dingin”, atau ia melampaui strukturalisme?

            Bagian kedua akan mendiskusikan metodologi McLuhan dengan bantuan penelitian Paul Grosswiler. Tentang konsep-konsep McLuhan tentang ruang virtual dan akustik, tentang media adalah pesan, dan tentang kampung global berevolusi.

            Bagian ketiga akan mendiskusikan tesis McLuhan bahwa struktur media atau bentuk teknologi berpengaruh terhadap perubahan kebudayaan.

            Bagian keempat ini diperlihatkan kembali pemikiran McLuhan dalam perspektif Ong tentang bagaimana sebuah konsep (thought) beraliensi menjadi representasi (word) dan representasinya berevolusi dalam dialektika Hegelian menjadi aksara (chirografis), lalu teknologi aksara yang unggul (abjad foenetis latin) berevolusi menjadi tipografis dalam bentuk media cetak untuk selanjutnya ke media elektronik.

3 Diskusi dan Tanggapan

a. Pemikiran McLuhan dalam Peta Ilmu Humaniora
            Gary Genosko adalah seorang peneliti McLuhan yang mempertanyakan dimana tempat McLuhan sebagai pemikir francophone dalam khasanah filsuf Perancis? Apakah ada pengaruhu pemikiran Mcluhan di Perancis? Genosko mencari jawaban untuk penelitiannya di Arsip Nasional Ottawa, Kanada, selain dari divisi McLuhan Program in Culture and Technology di Universitas Toronto, lewat media internet, dan juga lewat korespondensi dengan lingkaran Baudrillard di Midlans serta dengan rekan-rekannya dari dunia media di Perancis.

            Prediksi McLuhan bahwa akan muncul semacam quasi-global akibat perkembangan teknologi komunikasi dan sistem informasi elektronik ternyata terbukti. Quasi-global muncul karena kecerdikan sekaligus kelicikan kaum kapitalis yang memiliki kejelian untuk memanfaatkan teknologi elektronik tersebut untuk kepentingannya berekspansi secara global. Dengan kata lain quasi-global adalah infrastruktur baru akibat pemaknaan media elektronik oleh kaum kapitalis atau post-industrial cyber scape.

b. Posisi Pemikiran McLuhan di Kalangan Filsuf Perancis

            Debat panjang terjadi di kalangan filsuf Perancis sejak 1960-an sampai 1980-an mengenai posisi pemikiran McLuhan. Mereka umumnya mencari kemiripannnya dengan Barthes atau Claude Levi_strauss, bahkan Jacques Ellul, dan beberapa lainnya. Namun sejauh itu, tak dapat ditemukan ciri-ciri strukturalis atau fenomenologis pada McLuhan.

c. Pengaruh Pemikiran McLuhan di Perancis

            Hasil penelitian Genosko dapat memperlihatkan pengaruh pemikiran McLuhan di Perancis setidaknya pada masyarakat luas, yang non-akademis dan pada dunia akademis. Dunia non-akademis diwakili oleh masyarakat media dan dunia akademis diwakili oleh Jean Baudrillard.

1)      Pengaruh pada masyarakat, khususnya masyarakat media

Penguasa mulai melirik peran media massa untuk kepentingan politik mereka. Dukungan pemerintahan tampak dari kucuran dana demi riset dan pengembangan media massa, khususnya televisi. Perkembangan teknologi televisi, termasuk kesempurnaan resolusi warna, tak urung mengundang lamanya jam tayang iklan, sampai-sampai tak terbendung. Namun setelah mendapat tentangan keras dari masyarakat, yang ikut mendapat pencerahan Macluhanisme, terjadi deregulasi peran media massa.

2)      Pengaruh pada Baudrillard

Baudrillard (1929-2007) adalah seorang sosiolog dari Perancis yang mendalami filsafat yang diposisikan sebagai pemikir post-strukturalis. Pengaruh pemikiran McLuhan tampak dalam upayanya menunjukkan pentingnya peran media massa pada setiap tinjauan sosiologisnya. Pandangan tentang implosi makna dalam kondisi post-modern membuatnya terkenal.

Implosi kebudayaan menurut McLuhan adalah proses menarik kembali segala ruang dan waktu antara komponen-komponen makna yang dibentangkan media cetak (mekanik) dan ke suatu “keserentakan” segala kerja, segala informasi, segala `asosiasi` yang dihasilkan oleh kecepatan teknologi media elektronik. Dunia seakan menciut dalam era media elektronik.

Sedang bagi Baudrillard, implosi dipahami sebagai era digital yang menggantikan era mekanikal menghapus apa yang disebut struktur sosial. Ruang dan waktu perspektif sosial yang pernah dianggap ada dalam pandangan modern, sekarang meleleh. Dalam era digital tak ada jarak dan tak ada waktu untuk merefleksi. Dunia menciut dalam era digital, tanpa adanya struktur sosial yang nyata.
Perbedaan tentang makna implosi tersebut adalah sebagian dari beberapa perbedaan lainnya, namun lewat itu Genosko dapat menunjukan landasan teori Baudrillard lewat slogan McLuhan “media adalah pesan”. Oleh Baudrillard, slogan `media adalah pesan` di-`break-down` ke dalam teorinya mengenai implosi struktural. Bagi baudrillard, teknologi media dilihat secara ontologis. Media adalah berbagai obyek teknologi (simulasi) yang membentuk hubungan manusia.

4 Dialektika Media Hibrida

            McLuhan membangun dialektika antara budaya tuturan dan budaya cetak seperti yang dapat dilihat lewat penelitian Grosswiler berikut ini.
            Paul Grosswiler, lewat bukunya berjudul Method is the Message: Rethinking McLuhan Through Critical Theory (1998) memberi nama metode dialektika McLuhan sebagai “media hibrida” Berikut ini bagaimana konsep McLuhan mengenai ruang virtual dan akustik, media adalah pesan, dan kampung global berevolusi dalam metode dialektikanya.

a.      Ruang Visual dan Akustik pada Pandangan Awalnya

McLuhan menemukan bahwa secara signifikan panca indera tertentu lebih dominan sebagai indera penerima pesan atau pengetahuan yang dapat menggantikan persepsi (alter perception). Hal ini berarti persepsi lewat sebuah moda visual dan sebuah moda auditorias bukan persepsi yang utamanya logis, linear atau sekuensial.

b.      Media adalah Pesan

Bagi McLuhan, setiap medium menekankan fungsi penglihatan atau suara. Penekanan masing-masing fungsi inderawi yang digunakan oleh manusia individual membawa pengaruh yang dalam terhadap pandangan tentang dunia. Maka media adalah pesan.
Media elektronik memiliki efek terhadap kehidupan sosial secara positif. Karena potensi komunikasi tuturan diintensifkan oleh media elektronik. Potensi tersebut sekaligus juga membuat budaya cetak terpaksa putar arah (reverse) dan mengalami retribalisasi.

c.       Kampung Global

McLuhan beranggapan bahwa media cetak `merusak` keseimbangan penginderaan manusia, dan teknologi elektronik memperbaikinya lewat mengembalikan sifat organis dan estetis dalam pengetahuan manusia. Sifat-sifat estetis pernah ada pada masyarakat tribal. Dalam dunia elektronik budaya cetak yang pernah mendetribalisasi budaya tuturan mengalami retribalisasi, masyarakat seakan kembali ke kehidupan tribal dalam sebuah kampung global.

d.      Ruang Visual dan Akustik serta hasil dialetikanya

Dialektika `visual` dan `akustik` ruang penginderaan dalam peristilahan media, yang tidak lagi politik, menjadi yang utama dalam teori dialektikanya yang tercemin secara jelas dan lengkap dalam The Gutenberg Galaxy and Undeerstanding Media.
Dualisme antara karakter bentuk media visual dan akustik yang dikontraskan membawa ke budaya dengar-sentuh (audio-tactile). Pada sisi visual, ciri-cirinya tulisan, linear, peradaban individual, abjad foenetis, dan cetak. Pada sisi akustik, ditandai dengan tuturan, auditoris, taktilis, mosaik atau non-linear, partisipasi tribal, ideogramik, dan naskah tulisan. Pada diailektikanya, penemuan abjad mengubah pandangan dunia tuturan masyarakat tribal kepada bentuk linear, yang menciptakan spesialisasi yang belum terjadi pada pandangan dunia dengar-sentuh yang ada pada budaya beraksa abad pertengahan, memfargmentasi kehidupan penginderaan dengan bias visual akibat intensifikasi indera visual. Peneman listriik, mengawali munculnya media telegraf pada tahun 1844yang diintesifkan lebih lanjut oleh radio (1920-an), lalu televisi (1950-an).

5  Teknologi Menstrukturaksi Budaya dan Dimensi Interior Manusia?

a.      Determinasi teknologis?
Salah seorang yang mencap McLuhan sebagai penganut determinisme teknologis adalah Jonathan Miller. Menurut Miller, McLuhan seorang pesimis terhadap kemajuan teknologi, sama seperti penulis Inggris yang dikaguminya yaitu G.K.Chesterton.
Dengan itu Miller menunjukan bahwa ada semacam anti modernisme, utamanya anti kemajuan teknologi yang muncul dalam pemikiran McLuhan. Teknolologi aksara itu membuat manusia modern tak mampu menangkap simbolisme ikonik, terlebih lagi dalam budaya hasil teknologi cetak. McLuhan bukan anti teknologi atau pemikir determinisme teknologis melainkan ia sama seperti Chesterton dan Ellul yang hanya mau menunjukkan fenomena dalam dunia yang dialaminya, tentunya di abad elektronik ini.
Membaca tulisan McLuhan sebenarnya membuka cakrawala pandang bahwa ternyata manusiadapat menjadi kedua-duanya. Ada yang lumpuh dalam bingung dan memilih asyik bermain dengan gajet demi melupakan persoalannya, atau merefleksi ulang seluruh sejarah hidupnya bersama teknologi dan membangun kehidupan dalam perspektif baru mengenai dirinya dan teknologi serta alam.
b.      Teknologi aksara menstrukturasi?
McLuhan menuangkan visinya tentang strukturasi budaya oleh teknologi. Karena teknologi adalah hasil budaya manusia maka manusialah yang menentukan hasil budayanya. Bukan sebaliknya, pandangan bahwa strukturasi budaya oleh teknologi berangkat dari konstruksi McLuhan dalam membangun hubungan antara media dan sistem indera manusia. McLuhan mengatakan bahwa intensifikasi panca indera tertentu mempengaruhi proses kognitif manusia dalam mengetahui. Seperti yang terjadi pada manusia budaya aksara, budaya aksara menurut McLuhan adalah hasil teknologi aksara. Teknologi aksara lewat intensifikasi indera mata membangun ruang visual. Dalam ruang visual tersebut manusia memahami segala sesuatu dalam perspektif tunggal, menekankan jarak, individual, eksplisit, seragam, sekueential, dan seterusnya. Alam teknologi adalah alam kedua bagi manusia, dan persis seperti alam pertama yang alamiah kadang menunjukkan pemberontakannya terhadap eksploitasi manusia, demikian juga dengan alam teknologi.

Dalam bidang linguistik, Miller beragumentasi dengan McLuhan sebagai berikut. Teknologi adalah artifak manusia. Artifak tidak menentukan arah atau tujuan manusia dalam perkembangan kebudayaannya. Manusia yang menentukan tujuannya, artifak dijadikan sarana pencapaian tujuan. Bahasa adalah artifak manusia yang dibungkus oleh struktur entah tuturan atau oleh aksara yang dituliskan atau aksara yang dibuat tipografi lalu dicetak dan seterusnya. Pengalaman manusia ditetapkan dan diabadikan lewat artifak, yaitu bahasa. Jadi bahasa bukan seperti pendapat McLuhan. Yaitu ditentukan oleh materi khusus yang memperantarai pembicara dengan pendengar (materi tuturan) atau antara penulis dan pembaca (materi tulisan atau cetak).

Sedangkan untuk media elektronik, televisi utamanya, Miller menilai bahwa sewaktu menjelaskan televisi McLuhan benar-benar sama eksentriknya dengan ketika ia menjelaskan tipografi. Penjelasannya spekulatif. Televisi dalam pandangan McLuhan bukan media visual, tetapi media dengan-raba/sentuh. Bagi Miller televisi sama saja dengan film, keduannya menghasilkan gambar berdasarkan proyeksi pantulan entah dalam bentuk light-through maupun light-on. Efek televisi terhadap pengalaman penonton tidak berbeda dengan film.

Media televisi menurut McLuhan termasuk media `dingin` karena rendahnya informasi yang dihasilkan sehingga pemirsa harus berpartisipasi mengisi kekosongannya. Menurut Millher adalah hasil penyederhanaan nilai seni dari sketsa dan gambar kartun. Sketsa dan gambar kartun dibuat dengan pola menggambarkan yang telah dipahami dan disepakati bahwa garis tertentu mewakili arti tertentu.

6  Mcluhanish dalam Onglish

Walter J. Ong (1912-2013) adalah seorang penulis yang berfokus kepada berbagai revolusi yang terjadi di bidang komunikasi dalam berbagai abad. Pada masa Ong mempelajari ilmu humaniora, komunikasi dipandang bukan sebagai modus produksi atau informasi semata, melainkan juga sebagai bentuk-bentuk dari proses perubahan kebudayaan. Komunikasi dilihat sebagai transmisi dan preservasi dari moda produksi kebudayaan, yang religius, atau bahkan lebih, dari moda informasi. Ong selalu merasa terganggu dengan tiga pertanyaan mendasar dalam bidang ilmu yang digumulinya.

Pertama, bagaimana akal budi (mind) diredefinisi dan bagaimana redefinisi tersebut memberikan pemahaman dasar tentang kedirian (self), spiritualitas, individualitas dan kolektivitas? Kedua, Jika pembedaan tuturan, aksara dan visualitas lebih dari sekedar perbedaan-perbedaan saluran komunikasi (media/channel), tetapi dalam kenyataannya pembedaan tersebut menentukan moda-moda yang tak tergantung dari pengalaman indivual dan kolektif, lalu perubahan sosial dan perseorangan dalam skala besar apa yang terjadi dari satu moda komunikasi ke lainnya? Ketiga, Jika kebudayaan dipikirkan sebagai suatu yang tidak sesederhana struktur komunal (politik) atau sebagai relasi-relasi interperseorangan (sosial), tetapi sebagai sebuah jaringan biasa (common webs) dari pemahaman dan perilaku atau tindakan terhadap sesamanya, lalu apa arti relasi antara individual (self) dan kolektivitas (masyarakat)? Dan bagaimana kelompok-kelompok sosial mengelola kekuatan-kekuatan yang terus mengalami perubahan dalam hidup mereka?

Dalam bahasa Ong, apa yang diperjuangkan oleh McLuhan mulai dipahami secara lebih jernih. Ong mengatakan dalam Orality dan Literacy bahwa adanya perbedaan antara tuturan dan tulisan, dan perbedaan aksara dan cetak semakin disadari setelah manusia berada dalam budaya elektronik. Abad elektronik juga adalah abad “kelisanan kedua”, dimana budaya telepon, radio dan televisi terjadi dengan segalaketergatungannya kepada budaya tulisan dan cetak.

a.      Tanggapan Ong terhadap McLuhan

Menurut Ong banyak pemikiran Barat yang mengontraskan Barat dengan bukan Barat. Pengontrasan semacam itu mempengaruhi McLuhan yang terlihat dalam oposisi binernya antara telinga dan mata, oral dan tekstual, “panas” dan “dingin” , dan seterusnya. McLuhan dianggap oleh Ong sebagai orang yang secepat arus listrik bergerak cepat dari satu pembuktian ke pembuktian lainnya.
Apa yang dimulai oleh McLuhan adalah memperlihatkan fenomena alam teknologi elektronik dalam masa peralihan antara budaya cetak dan budaya pasca-cetak atau elektronik. Selain itu, McLuhan juga memulai sesuatu yang bersifat interdisiplin, bahkan tak segan memasukkan hal-hal dari kebudayaan tinggi.

b.      Relasi Suara dengan Dimensi Interioritas

Tuturan adalah suara yang keluar dari dalam organisme manusia yang memiliki resonansi. Ong menjelaskan adanya relasi yang unik antara suara dan interioritas. Suara hadir dan bereksistensi ketika ia keluar dari manusia dan langsung menjadi obyek dari fungsi indera pendengeran. Relasi tersebut saling mengendalikan. Indera pendengaran menentukan suara dan suara juga menentukan indera pendengaran. Relasi yang demikian tidak terjadi antara indera lainnya seperti mata, kecap, cium, dan raba. Indera mata tak dapat menentukan dimensi interioritas obyek.
Suara juga mempersatukan sedangkan penglihatan mengisolasi. Manusia harus memindahkan posisi tubuhnya untuk melihat obyek yang berbeda, ia harus ke luar ruangan untuk melihat obyek yang berada di luar. Pendengaran tidak, manusia cukup berdiam di dalam ruangan, dan suara dari luar ruangan, bahkan dari segala arah, masuk. Bersama suara, manusia merasa dirinya berada di pusat dunia auditorinya. Dalam efek memusat dari suara (centering effect of sound) ini, manusia larut dalam dunia suara. Eksistensi diri selalu mewaktu (momentus) dalam diri manusia. Karena efek memusat dari suara berada di sekelingnya dan tidak mendahuluinya, maka membuat pandangan kosmos tersendiri. Kosmos bagi manusia dunia tuturan dialami sebagai peristiwa yang mengalir dengan manusia sebagai pusatnya.
Penglihatan memecah indera-indera sedangkan suara mempersatukan indera lain secara harmonis dan selara. Keselarasan dan interioritas adalah karakteristik dari kesadaran manusia. Pengetahuan kesadaran adalah yang mempersatukan dalam kesatuan selarasnya, bukan yang memecah belah. Interioritasadalah pengalaman manusia dengan tubuhnya sendiri.

Relasi kesadaran (dimensi interioritas) dengan suara membuat kesadaran mengalami strukturasi dalam bentuk tuturan. Tuturan menjadi semacam aturan main atau gramatika berdasarkan praktek. Tuturan merupakan sesuatu yang keluar dari tubuh manusia tetapi tetap berada dalam kesatuan relasi dengan tubuh itu sendiri.

c.       Aksara adalah Teknologi

Aksara dalam bentuk tulisan adalah produk pabrikan yang tidak berbeda dengan komputer. Tulisan sama dengan cetakan dan komputer teknologisasi atas tuturan. Tuturan sebagai suatu yang hidup, dinamsi, hangat, bergerak, dan berada dalam interaksi perseorangan dalam dunia hunian dibekukan dan dimatikan dalam teknologi menulis.

Aksara, seperti abjad foenetis yang dituliskan, membutuhkan banyak perlengkapan dan alat. Setidaknya perlu kuas atau pena, bahan berpermukaan halus untuk ditulisi entah berupa kertas, kulit binatang atau kulit kayu, perlu tinta, cat dan sebagainya. Dibutuhkan keahlian yang bersifat mekanis untuk bekerja dengan perlengkapan menulis yang merepotkan semcam itu ketika memproduksi karya tulis. Dengan keahlian dan berbagai peralatan tersebut suara yang dinamis dimasukkan ke ruang yang senyap, dan tuturan dipisahkan dari dunia hunian yang hidup. Aksara adalah suatu yang artifisial yang tidak alami seperti tuturan.

McLuhan menganggap teknologi sebagai perluasan tubuh manusia yang merupakan suatu yang merupakan suatu yang teralienasi, yang tidak demikian menurut Ong. Bagi Ong, teknologi bukan semata-mata alat-alat bantu yang berada di luar manusia, melainkan sebuah transformasi interior dari kesadara. Berbeda dengan McLuhan yang menganggap teknologi adalah mululu artifisial atau tidak alami, Ong berpendapat artifisialnya teknologi itu suatu yang alamiah bagi manusia. Dengan demikian aksara sebagai “kepanjangan” kesadaran kolektif mungkin saja mengalienasi kesadaran dari lingkungannya yang alamiah. Artinya, jika kesadaran kolektif kelisanan berada dalam lingkungan yang alamiah, maka kesadaran kolektif keberaksaraan adalah kesadaran artifisial.

Aksara menurut Ong adalah representasi dari suatu yang sangat mutlak dan penting yaitu dari tuturan, dari ucapan kata-kata atau dari sesuatu yang diimajinasikan untuk diucapkan. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa terobosan kritis dan unik ke dalam pengetahuan baru tentang dunia yang dicapai oleh kesadaran manusia bukan terjadi pada saat tanda semiotika ditemukan, melainkan ketika ditemkannya sistem pengkodean tanda-tanda yang dapat dilihat secara visual. Dengan dapat terlihatnya tanda-tanda tersebut penulis dapat menentukan kata-kata yang tepat untuk dibekukan dalam teks, disimpan dan kelak dibangkitkan lagi dari teks. Artinya, aksara adalah penemuan teknologi yang paling penting dari antara segala temuan manusia lainnya.

d.      Peran Aksara Abjad Foenetis dalam Restrukturasi Kesadaran Kolektif

Aksara adalah teknologisasi tuturan. Perlu sekitar 30.000 – 50.000 tahun sebelum tuturan berevolusi atau diteknologisasi ke bentuk aksara yang baru mulai sekitar 6000 tahun lalu. Tidak seluruh jenis aksara menghasilkan karya tulis, menurut Ong (1982), berdasarkan hasil penelitian mengatakan hanya sekitar 106 bentuk keberaksaraan yang memadai untuk memproduksi karya tulis.
Sistem abjad foenetis tidak sulit dipelajari dan diinternalisasi. Sismtem tersebut pun menyediakan cara pengolahan data yang mudah bagi yang berbahasa lain. Secara neurofisiologis, abjad foenetis memilih aktivitas belahan otak kiri pada otak, karenanya dimungkinkan bagi manusia untuk mengembangkan pemikiran abstrak dan analitis. Abjad foenetis memberlakukan materi, yaitu tuturan, sebuah benda, dan bukan suara, yang hadir semuanya sekaligus dan dapat dipecah-pecah ke bagian-bagian yang kecil. Di dalam tuturan, atau budaya kelisanan, tuturan masih berada dalam kesatuannya dengan kesadaran. Dalam aksara, tuturan yang dianggap benda tersebut diletakkan di luar tubuh manusia dalam relasi subyek-obyek.
Preservasi yang dilakukan dalam budaya tuturan adalah dengan mengembangkan teknik pakem untuk memudahkan menghapal apa yang ada pada kesadaran kolektif manusia, seperti pemahaman tentang diri dan alamnya.
Perbandingan tersebut juga diperluas oleh Ong ke budaya cetak dan ke puncaknya yang baru yaitu budaya elektronik. Artinya, budaya elektronik membuat manusia sadar akan perbedaan kelisanan dengan keberaksaraan. Selain itu terdapat ciri-ciri kelisanan pada kebudayaan elektronik yang disebut Ong sebagai kebudayaan tuturan kedua. Berbeda dengan McLuhan yang menyebut ciri-ciri tersebut adalah karakter dengar-sentuh (audible-tactile) dalam budaya elektronik.

e.       Perbedaan struktur mental tuturan dengan aksara

Perbedaan mental yang dimaksud adalah proses akal budi dalam menganalisis. Pikiran selalu bersifar analitis, memecah materi ke dalam berbagai komponen, dan ini terjadi baik pada tuturan maupun pada tulisan.


No
Tuturan
Aksara
1
Mengaprehesi pengalaman dengan kedua bagian otak (efek bikameral)
Mempelajari fenomena dengan belahan otak kiri yang bersifat analitis.
2
Apa yang sudah diketahui di transmisi dan dipreservasi dalam sebuah pakem untuk diturunalihkan lewat hapalan.
Apa yang diketahui ditransmisi dan dipreservasi dalam sususan aksara yang sudah memiliki gramatika.
3
Strukturasi pemikiran bersifat dinamis yang terikat pada waktu dalam bentuk tuturan.
Penekanan pada ruang memperluas potensi bahasa tanpa batas. Aksara merestrukturasi pemikiran dalam relasi subyek-obyek.
4
Diri dipandang sebagai pusat yang berada dalam kosmos
Diri adalah subyek yang berelasi dengan dunia sebagai obyek.
5
Karakteristik yang lebih khas pada tuturan :
a.       Dekat dengan hunian manusia tanpa kategori analisis yang mengelaborasi, semua pengetahuan yang dikonseptualisasi dan diverbalisasi harus dekat dengan refrensinya.
b.      Memuat alunan kepedihan yang menggambarkan perjuangan hidup.
c.       Banyak pengulangan untuk mempermdahkan proses kilas balik.
d.      Konservatif/tradisionalis karena harus menghemat energi.
e.       Adanya keterlibatan penuh dengan objek atau bersifat empatetik.
f.        Homeostatis: makna yang begitu kaya diaktualkan dalam kekinian.
g.      Lebih situasional
Karakteristik yang lebih khas pada aksara
a.       Berjarak dengan dimensi interiornya sekaligus eksteriornya.
b.      “Dingin” tanpa emosi (terlebih pada budaya cetak)
c.       Mudah bagi akal budi untuk menapaktilasi apa yang sudah tertulis, maka pengulangan dihindari.
d.      Konservasi lewat aksara meringankan beban otak dari fungsi menyimpan data dan mengkonservasi maka dapat berspekulasi dan bereksperiman secara intelektual.
e.       Berjarak objektif
f.        Dijembatani oleh kamus atau dengan definisi
g.      Memakai kategori abstrak untuk mendefinisi.

f.        Konsep Alienasi dalam Pemikiran Ong dan Pemikiran Mcluhan

Pemikiran McLuhan tentang tahap-tahap perubahan kebudayaan dalam relasinya dengan perkembangan teknologi mencerminkan adanya revolusi. Pertama, revolusi pada waktu penemuan teknologi aksara, lalu penemuan mesin cetak, lalu penemuan elektronik. Ong melihat perubahan sebagai suatu perkembangan transformatif, yaitu pada saat tuturan diteknologisasi ke bentuk aksara, lalu selanjutnya perubahan terjadi secara evolutif. Ketika konsep yang merepresentasi dalam tuturan mengalami teknologisasi, hal tersebut membuat kesadaran kolektif berada dalam eksterioitas.

Bagi McLuhan, teknologi adalah sebuah perluasan diri manusia, dan teknologi itu adalah media. Sedangkan Ong tidak menempatkan media sebagai teknologi yang merupakan alienasi diri. Media sebagai teknologi dipahami sebagai sarana transmisi dan preservasi kesadaran kolektif atau lebih tepat sebagai praktek-praktek komunikasi dalam relasinya dengan kesadaran manusia dan budaya.

Dalam proses perkembangannya yang evolutif, media sebagai teknologi aksara membuat representasi kesadaran atau konsep yang semula berada dalam kesatuan interioritas dengan tuturan semakin lama semakin berada dalam eksterioritas. Dalam evolusi tersebut, pesan dibekukan ke dalam teknologi aksara, terutama abjad foenetis. Pembekuan pesan entah dituliskan, dicetak atau pun dibekukan dala bentuk elektronik. Setiap saat pesan yang terbekukan dapat dihidupkan kembali ketika pesan dibaca, baik dalam hati, tanpa suara, maupun disuarakan.
Fenomena
Seperti yang sering dikatakan oleh McLuhan bahwa media adalah pesan. Dalam masyarakat sekarang segala media yang ada, baik itu cetak , televisi, radio, bahkan new media (internet) pasti mengandung pesan atau informasi yang diberikan. Serta kita dapat mengakses pesan dari mana saja dan kapan saja sesuai dengan pesan atau informasi apa yang kita butuhkan .




Daftar Pustaka

Eymeren, M. v. (2014). Media Komunikasi dan Dampaknya terhadap Kebudayaan. Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila.



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »